Ia mengungkapkan, PDI Perjuangan tak menutup mata dengan segala kritik dan masukan. Bahkan, menurutnya, Jokowi juga membutuhkan masukan agar tak larut dalam euforia karena elektabilitasnya terus meroket.
"Jokowi sebagai manusia juga butuh second opinion. Saya yakin Pak Jokowi butuh diingatkan," kata Maruarar, di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (22/10/2013).
Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat ini menegaskan, bagi PDI Perjuangan, Jokowi merupakan kader potensial yang memberi dampak positif ke internal partai.
Di tempat yang sama, Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Eriko Sotarduga juga menyampaikan hal senada. Kritik yang dilayangkan baik terhadap kader dan partai akan tetap ditanggapi positif.
"Ya bagus, kan dari survei kami di atas terus. Sekarang (survei LSI) berbeda, ini jadi pengingat kami, daripada lupa diri, kan bahaya," ujarnya.
Pada Minggu (20/10/2013), peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby mengatakan, tingginya elektabilitas Jokowi bukanlah jaminan dirinya diusung menjadi calon presiden di 2014. Berdasarkan survei terbaru LSI, peluang PDI Perjuangan menjadikan Jokowi sebagai capres sangat kecil dan condong hanya sebagai wacana belaka.
Adjie menjelaskan, kecilnya peluang Jokowi menjadi capres dikarenakan mantan Wali Kota Solo itu bukan termasuk pimpinan di struktural PDI Perjuangan. Berdasarkan pengalaman di Pemilu 2004 dan 2009, partai politik cenderung terbiasa mengusung ketua umum, atau pengurus struktural sebagai capresnya.
"Jokowi hanya menjadi capres wacana. Jokowi bukan pemimpin struktural partai yang nasib pencapresannya tergantung pada kebaikan orang (Megawati) atau koalisi partai lain di luar PDI-P," kata Adjie.
Sebagai alternatifnya, Jokowi memiliki peluang besar untuk diusung sebagai calon wakil presiden. Dengan elektabilitas yang di atas rata-rata, sosok Jokowi dianggap mampu mendongkrak perolehan suara capres yang didampinginya. Survei LSI ini dilakukan pada 12 September 2013 sampai 5 Oktober 2013. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan jumlah responden awal sebanyak 1.200. Proses wawancara menggunakan kuesioner dan tatap muka dengan margin of error sekitar 2,9 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.