Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi "Nyapres"? Nanti Dulu, Jakarta Masih Butuh!

Kompas.com - 21/09/2013, 14:17 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kinerja Joko Widodo dalam waktu hampir setahun kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta memberikan sekian banyak "kejutan". Ia menata kawasan-kawasan yang selama ini dinilai tak mungkin dibenahi. Sepak terjang Joko Widodo alias Jokowi pun mengundang decak kagum. Tak hanya dari masyarakat Jakarta yang dipimpinnya, tetapi juga masyarakat di hampir penjuru Tanah Air.

Hal ini membuat elektabilitas Jokowi sebagai kandidat calon presiden pada Pemilihan Presiden 2014 meroket dalam sejumlah survei. Mantan Wali Kota Solo ini mampu mengungguli para pendahulunya di panggung politik, seperti Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla, dan Prabowo Subianto. Dorongan dan dukungan pun mengalir. Jokowi diharapkan bisa berkiprah di kancah nasional dan bertarung menjadi RI-1.

KOMPAS.com/Indra Akuntono Budayawan Betawi Alwi Shahab atau akrab disapa Abah Alwi
Namun, Budayawan Betawi Alwi Shahab berpendapat berbeda. Menurutnya, Jokowi lebih baik fokus membenahi Ibu Kota hingga selesai masa baktinya pada tahun 2017 mendatang. Apa alasannya?

"Jakarta itu masih perlu jokowi, kenapa? Karena cara pendekatannya itu berbeda, mau datang, turun ke masyarakat, dan bisa mengajak masyarakat membenahi Jakarta," Alwi, saat dijumpai Kompas.com, di Jakarta Selatan, Sabtu (21/9/2013).

Pria yang lahir di Kwitang, Jakarta Pusat, 77 tahun silam ini, menuturkan, dengan masa kepemimpinan yang baru satu tahun, banyak hal yang bisa dilakukan Jokowi untuk Jakarta. Selain itu, dari sisi usia, kata Alwi, Jokowi masih relatif muda untuk menjadi pemimpin nasional. Ia menyarankan agar Jokowi menjadikan Jakarta sebagai tempat berlatih sebelum akhirnya maju sebagai calon presiden.

"Dia (Jokowi) masih muda. Lima tahun lagi kan masih bisa kalau mau jadi calon presiden. Perlihatkan mampu di Jakarta, setelah itu baru (jadi calon presiden)," ujarnya.

Seperti diketahui, dalam sejumlah survei, jika pemilihan presiden dilakukan saat ini, Jokowi akan keluar sebagai juaranya. Survei yang dilakukan Litbang Kompas bahkan mencatat kenaikan elektabilitas Jokowi dalam enam bulan, ketika disurvei Desember 2012 dan Juni 2013. Politisi PDI Perjuangan itu bergeming saat ditanya soal mau tidaknya ia diusung sebagai capres. Jokowi menekankan, saat ini akan fokus mengurus Ibu Kota. Selebihnya, ia mengatakan, akan mengikuti perintah partai.

Sementara itu, PDI Perjuangan memutuskan tak akan mengambil sikap soal siapa capres yang didukung saat ini, meski menyadari bahwa dukungan terhadap Jokowi demikian kuatnya. PDI Perjuangan akan mengumumkan sikap terkait pencapresan setelah pemilihan legislatif, April 2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Nasional
Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com