Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Mencari Buku Besar di Gedung BI

Kompas.com - 26/06/2013, 09:41 WIB
Khaerudin/Dewi Indriastuti

Penulis


JAKARTA, KOMPAS
— Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah sejumlah ruangan di gedung Bank Indonesia selama delapan jam sejak pukul 10.00 sampai dengan 18.00, Selasa (25/6/2013). Penggeledahan itu terkait penyidikan kasus dugaan korupsi dalam pemberian dana talangan ke Bank Century dengan tersangka mantan Deputi Gubernur BI Budi Mulya. KPK mencari buku besar BI yang berisi catatan transaksi aliran dana terkait pemberian dana talangan ke Bank Century.

Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja mengungkapkan, pencarian buku besar atau log book berisi catatan transaksi dan aliran dana terkait pemberian dana talangan Bank Century sebenarnya sudah dilakukan KPK sejak lama. Penggeledahan kemarin, lanjut Adnan, salah satunya dalam rangka mencari buku besar BI tersebut.

"Ada buku besar BI yang sedang dicari. Informasinya itu berisi catatan-catatan aliran dana terkait pemberian dana talangan ke Bank Century. Ke mana saja aliran dana tersebut," kata Pandu di sela pertemuan Senior Official Meeting Asia Pacific Economic Cooperation (SOM APEC) Anti-Corruption and Transparency Working Group di Medan.

Juru Bicara KPK Johan Budi SP mengatakan, penggeledahan dilakukan di gedung BI karena KPK menduga ada sejumlah jejak-jejak tersangka dalam kasus pemberian dana talangan ke Bank Century. "Kami menduga tempat-tempat yang digeledah tersebut ada jejak-jejak tersangka," kata Johan.

Johan mengakui, penyidik KPK tak mudah mencari alat bukti yang bisa menjerat pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam kasus ini. Menurut dia, jika ada pernyataan yang menyebut kasus Century bisa diselesaikan dalam waktu satu-dua hari, hal itu pasti sifatnya politis.

"Yang mengatakan begitu dari sisi politis, bisa menyimpulkan kasus Century dalam satu atau dua hari. Tapi, ini kan domain hukum. Tak semudah itu. Yang dilakukan KPK kan domainnya hukum," katanya.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Difi Ahmad Johansyah yang dikonfirmasi, Selasa siang, membenarkan penggeledahan itu. Ruang yang digeledah itu antara lain terkait dengan bidang Pengelolaan Moneter dan bidang Perbankan. "Benar, ada beberapa ruang satuan kerja di Gedung Bank Indonesia yang digeledah," kata Difi.

Difi mengakui, pihak KPK menyampaikan surat lengkap untuk penggeledahan itu, termasuk menunjukkan surat perintah penyidikan perihal kasus korupsi terkait Bank Century dengan tersangka Budi Mulya.

Menurut Difi, tindakan KPK itu untuk mencari keterangan dan dokumen yang berkaitan dengan Bank Century. BI mendukung langkah hukum yang dilakukan KPK tersebut, bahkan siap bekerja sama.

Meski demikian, BI juga menugaskan pegawai dari Direktorat Hukum BI untuk mendampingi setiap satuan kerja yang ruangannya digeledah KPK.

Menurut Adnan, catatan dalam buku besar tersebut diharapkan bisa mengonfirmasi sejumlah kejanggalan dalam pemberian dana talangan ke Bank Century. Penyidikan KPK atas kasus dugaan korupsi pemberian dana talangan Bank Century saat ini terfokus pada pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) dan penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik.

Adnan mengatakan, buku besar yang dicari KPK tersebut sangat mungkin berisi catatan-catatan aliran dana yang dapat dijadikan bukti bahwa terjadi penyelewengan dalam pemberian FPJP maupun penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik. "Aliran-aliran dana yang kami curigai tak sesuai dengan ketentuan pemberian FPJP atau penetapan bank gagal berdampak sistemik," katanya.

Menurut Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto sebenarnya, banyak perkembangan menarik yang diperoleh KPK pada penyidikan kasus dugaan korupsi pemberian dana talangan ke Bank Century. Salah satunya adalah pemeriksaan terhadap Sekretaris Komite Kebijakan Sektor Keuangan Raden Pardede beberapa waktu lalu. Raden sempat memberikan keterangan berbeda-beda terkait kebijakan pemberian dana talangan ke Bank Century. (BIL/IDR)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kenaikan UKT Dinilai Bisa Buat Visi Indonesia Emas 2045 Gagal Terwujud

    Kenaikan UKT Dinilai Bisa Buat Visi Indonesia Emas 2045 Gagal Terwujud

    Nasional
    Komnas HAM Minta Polda Jabar Lindungi Hak Keluarga Vina Cirebon

    Komnas HAM Minta Polda Jabar Lindungi Hak Keluarga Vina Cirebon

    Nasional
    Komunikasi Intens dengan Nasdem, Sudirman Said Nyatakan Siap Jadi Cagub DKI

    Komunikasi Intens dengan Nasdem, Sudirman Said Nyatakan Siap Jadi Cagub DKI

    Nasional
    Megawati Minta Api Abadi Mrapen Ditaruh di Sekolah Partai, Sekjen PDI-P Ungkap Alasannya

    Megawati Minta Api Abadi Mrapen Ditaruh di Sekolah Partai, Sekjen PDI-P Ungkap Alasannya

    Nasional
    Pembayaran Dana Kompensasi 2023 Tuntas, Pertamina Apresiasi Dukungan Pemerintah

    Pembayaran Dana Kompensasi 2023 Tuntas, Pertamina Apresiasi Dukungan Pemerintah

    Nasional
    Hari Ke-12 Penerbangan Haji Indonesia, 72.481 Jemaah Tiba di Arab Saudi, 8 Wafat

    Hari Ke-12 Penerbangan Haji Indonesia, 72.481 Jemaah Tiba di Arab Saudi, 8 Wafat

    Nasional
    Sahroni Ungkap Anak SYL Indira Chunda Tak Pernah Aktif di DPR

    Sahroni Ungkap Anak SYL Indira Chunda Tak Pernah Aktif di DPR

    Nasional
    Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

    Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

    Nasional
    Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

    Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

    Nasional
    Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

    Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

    Nasional
    Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

    Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

    Nasional
    Kunjungi Lokasi Bencana Banjir Bandang di Agam, Zulhas Temui Pengungsi dan Berikan Sejumlah Bantuan

    Kunjungi Lokasi Bencana Banjir Bandang di Agam, Zulhas Temui Pengungsi dan Berikan Sejumlah Bantuan

    Nasional
    Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

    Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

    Nasional
    Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

    Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

    Nasional
    LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

    LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com