Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Pencatutan Nama SBY, Polri Tak Akan Bias

Kompas.com - 29/10/2009, 14:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri menegaskan, dalam melakukan penegakan hukum terkait pencatutan nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rekaman percakapan yang mengkriminalkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Polri tidak akan bias.

"Kami tidak ingin penegakan hukum apa pun, termasuk itu (kasus rekaman percakapan), bias," ungkap Kapolri saat ditanya pers seusai menghadiri pembukaan Rembuk Nasional 2009 di Jakarta.

Acara yang dihadiri sekitar 1.400 orang dari daerah, BUMN, menteri, dan pejabat eselon departemen itu dibuka oleh Presiden SBY dan Wapres Boediono serta sejumlah menteri, Kamis (29/10) siang.

Ditanya lagi mengenai maksud bias, Kapolri tidak bersedia merincinya.

Menurut Bambang, Polri yang sudah mendapat perintah dari Presiden SBY untuk mengusut pencatutan nama Presiden dalam rekaman percakapan antara seseorang di Polri, Kejaksaan Agung, dan pengusaha akan melakukan langkah konkret terkait kasus tersebut.

"Pokoknya, akan ada langkah konkret yang akan dilakukan Polri. Hari ini akan diumumkan oleh Kepala Dinas Penerangan Polri dan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri. Datang saja nanti ke Polri," ujar Kapolri, juga tak mau merinci langkah konkret tersebut.

Tentang rekaman percakapan kriminalisasi KPK, Kapolri mengaku sudah mendapatkan rekaman percakapan tersebut. "Sudah, sudah ada. Siang ini akan ada penjelasan dari kami," ujarnya.

Sebagaimana diberitakan, media massa sudah memublikasikan transkrip percakapan antara Polri, Kejaksaan Agung, dan pengusaha yang intinya mengatur upaya kriminalisasi KPK dalam kasus tersebut. Dalam rekaman percakapan itu, disebut-sebut bahwa salah satu pembicara menyinggung nama Presiden SBY.

Ketua KPK Tumpak Panggabean mengakui adanya rekaman pembicaraan tersebut. Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal meminta Polri mengusut tuntas kasus tersebut. Akibat kriminalisasi tersebut, dua pimpinan KPK, Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto, dijadikan tersangka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Nasional
KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

Nasional
Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apapun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apapun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi 'Online' Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi "Online" Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com