Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanif Dhakiri: Mitra Koalisi Harus Saling Menghormati

Kompas.com - 25/06/2009, 20:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Semua mitra koalisi parpol seharusnya bersikap santun dan bukannya saling menyerang. Jika tidak, dikhawatirkan akan mengakibatkan demoralisasi sesama mitra koalisi dan menguntungkan kompetitor.

“Hal-hal seperti ini (red:saling menyerang) tidak boleh terjadi. Kita harus bisa saling menjaga dan menghormati,” ujar Wakil Sekjen PKB, M Hanif Dhakiri di Jakarta, Kamis (25/6).

Pernyataan Hanif tersebut dikeluarkan menanggapi pernyataan Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera, Mahfudz Sidik, yang menyatakan tidak setuju dengan sikap Boediono karena memisahkan negara dengan agama.

Sebelumnya, Mahfudz berharap pernyataan yang dilontarkan Boediono dalam debat Cawapres tersebut hanya mencerminkan pendapat pribadi dan tidak langsung diimplementasikan dalam pembuatan kebijakan. Karena, dalam kontrak politik yang ada, setiap kebijakan yang dikeluarkan harus didiskusikan terlebih dahulu.

“PKS sebagai mitra koalisi, seharusnya bisa lebih memahami. Meminjam istilah orang jawa nek ono rembug yo dirembug (kalo ada masalah ya dibahas sama-sama). Bukan diekspos ke publik,” ujar Hanif.

Hanif menilai, pernyataan yang diberikan Boediono mengenai hubungan agama dan negara dalam debat Cawapres sudah tepat. Sebab, memang sudah seharusnya agama diletakkan jauh diatas politik praktis.

“Nilai-nilai agama lah yang harus menundukkan politik praktis dan proses-proses politik  kenegaraan. Dengan demikian agama akan menjadi landasan etik bagi proses berbangsa dan bernegara,” katanya.

Memisahkan agama dan negara, menurut Hanif tidak lain adalah menjadikan agama sebagai landasan etik dalam kehidupan bernegara. Tidak seperti sekularisme di barat yang cenderung menegasi agama. Tapi juga bukan simbolisasi atau normalisasi agama yang justru bisa mendangkalkan agama dan mencederai kebangsaan kita yang plural dan berketuhan yang maha esa.

“Jadi, tidak perlu berlebihan dalam menafsir pernyataan Pak Boediono soal hubungan negara dan agama. Toh, bagi bangsa ini sudah jelas bahwa kita hendak mengokohkan pemerintahan demokrasi dimana nilai-nilai luhur agama menjadi landasan etisnya. Bukan teokrasi (Negara agama) dan juga bukan sekularisme ala barat yang menegasi peran agama,” papar Hanif.

Hanif juga mengkritik black campaign dengan menggunakan agama. Menurutnya, simbol-simbol agama tidak perlu dibawa ke ranah politik. Sebab, akan merusak dan berpotensi memecah belah umat.

“Khawatir kalah itu lumrah dalam kompetisi, tapi tidak boleh gelap mata dan hati. Para politisi dan pemimpin harus ikut mendidik kedewasaan politik masyarakat dengan memberi teladan yang baik,” tegas Hanif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com