JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Teknik Elektro Universitas Indonesia Benyamin Kusumoputro mengakui bahwa hingga kini belum ada kerja sama dengan militer terkait pengembangan drone dengan sistem pengendalian berbasis artificial intelligence (AI).
Benyamin yang dijuluki "Prof. Drone" ini telah meneliti sistem pengendalian drone berbasis AI untuk militer sejak 2009. Ia pun mengaku beberapa kali mendapatkan dana riset dari pemerintah untuk pengembangannya.
Namun hingga kini belum ada kerja sama dengan TNI, terutama dalam hal mengimplementasikan software drone AI ke dalam hardware, seperti jet tempur, unmanned aerial vehicle (UAV), dan unmanned combat aerial vehicle (UCAV).
“Sampai sekarang memang belum ada. Jadi memang mungkin juga saling tunggu-menunggu,” ujar Benyamin dalam acara Brigade Podcast Kompas.com, Sabtu (18/5/2024).
Saat ini, kata Benyamin, Indonesia sudah mampu mengembangkan sendiri perangkat lunak atau software untuk sistem kendali drone militer berbasis AI.
Namun, pengembangan lebih lanjut yang akan dilakukan terkendala ketersediaan perangkat keras atau hardware berspesifikasi militer untuk mengimplementasikan software tersebut.
“Masalahnya adalah memang support, policy dari pemerintah untuk ayo kita menggalakkan misalkan hal seperti itu. Nah kemudian kita bisa mulai dengan define step-stepnya untuk mencapai itu,” kata Benyamin.
Diberitakan sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta TNI Polri melek dan berani memanfaatkan teknologi.
Baca juga: Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan Hardware
Jokowi mengatakan ini dalam acara Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri di Markas TNI, Cilangkap, Jakarta, Rabu (28/2/2024).
"Pemanfaatan teknologi dalam perang konvensional, perang siber, akan semakin meningkat. Oleh sebab itu TNI, Polri harus berani masuk ke hal-hal yang berkaitan dengan teknologi," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan, teknologi pesawat tempur hingga tank diperlukan.
Selain itu, ia juga menyorot soal penggunaan drone. Sebab, teknologi drone kini sudah canggih dan akurat hingga bisa mendeteksi orang.
"Tapi hati-hati juga dengan drone. Saya ingat di tahun 2020 bulan Januari, ada penggunaan drone yang saya kaget karena begitu sangat presisi dan begitu sangat akurat mengejar siapa yang diinginkan," ujar dia.
Baca juga: Indonesia Harus Kembangkan Drone AI Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain
Kepala Negara pun mencontohkan implementasi drone.
Menurut dia, pernah ada seorang Mayor Jenderal (Mayjen) Qasem Soleimani yang merupakan Komandan tentara Pasukan Quds di Iran, tertembak drone yang dikendalikan dari jarak jauh.
Jokowi mengingatkan jajaran TNI Polri mengamati dan mengikuti perkembangan teknologi.
"Saat itu Mayjen Soleimani komandan Quds dari pengawal besar revolusi Iran, tertembak dari drone yang dipersenjatai. Akurat karena memakai face recognition. Akhirnya ketembak," ucap Jokowi.
"Dan yang kita kaget itu terjadi di wilayah Irak tapi dronenya konon dikendalikan dari Qatar, Markas Amerika Serikat di Qatar," tambah dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.