Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Hadapan Ketua KPU dan Pemerintah, Komarudin Watubun: Pemilu Kali Ini Terburuk Sepanjang Sejarah Reformasi

Kompas.com - 25/03/2024, 15:23 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDI-P Komarudin Watubun menyatakan pelaksanaan Pemilu 2024 merupakan pemilu paling buruk sepanjang sejarah.

Hal itu diutarakan Komarudin dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi II DPR yang dihadiri oleh pemerintah yakni Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan penyelenggara Pemilu yaitu Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy'ari, Senin (25/3/2024).

Mulanya, Komarudin menyampaikan interupsi dan meminta rapat dengan pemerintah dan KPU membahas Pemilu 2024 dilanjutkan pada Senin pekan depan.

"Pak Ketua, saya minta Senin depan tetapi tidak ada yang mewakili. Masalah ini, masalah serius," kata Komarudin dalam rapat di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.

Baca juga: Tito Karnavian: Pemerintah Beri Dukungan ke KPU, tapi Tidak Intervensi

Menurut Komarudin, ia tidak mendengar kritikan terhadap pemerintah dan penyelenggara Pemilu selama rapat berlangsung.

Padahal, kata dia, banyak yang beranggapan bahwa Pemilu 2024 adalah yang terburuk.

"Dari tadi kita dengar yang bagus-bagus saja. Sementara publik di luar itu merasa pemilu kali ini adalah pemilu paling terburuk dalam sejarah Reformasi, termasuk saya yang menilai begitu," tegasnya.

Baca juga: Sebut Megawati dan Prabowo Mungkin Bertemu, Politikus PDI-P: Hubungan Mereka Baik

Ketua Bidang Kehormatan DPP PDI-P ini menilai DPR tidak boleh hanya memberi apresiasi terhadap pemerintah dan KPU, tanpa melihat sisi negatifnya.

Menurut dia, semua harus melihat masukan dan saran dari masyarakat yang terlihat jelas selama ini mengenai Pemilu 2024.

"Jangan dengar yang bagus-bagus saja. Kita juga harus terbuka untuk menerima penilaian dari luar," ujar Komarudin.

"Karena orang yang duduk di dalam ini adalah semua orang yang berpendidikan. Jadi kalau tidak bisa merekam, bisa menerima informasi dari publik, untuk apa bicara demokrasi. Demokrasi kita akan terus begitu," sesal Komarudin.

Seperti diketahui, rapat kali ini merupakan rapat perdana setelah KPU menetapkan hasil Pemilu 2024 pada Rabu (20/3/2024).

PDI-P selaku parpol tempat Komarudin bernaung selama ini paling vokal menyuarakan dugaan kecurangan Pemilu 2024, khususnya pemilihan presiden.

Baca juga: Survei Litbang Kompas: Publik Yakin MK Tangani Sengketa Pemilu dengan Adil

Dalam ajang pilpres, paslon Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang diusung PDI-P mendapatkan suara terkecil, yakni 27.040.878 suara atau sekitar 16,47 persen dari seluruh suara sah nasional.

Setelahnya, ada Anies-Muhaimin yang mengantongi 40.971.906 suara atau sekitar 24,95 persen dari seluruh suara sah nasional.

Adapun peraih suara terbanyak sekaligus pemenang pemilu adalah pasangan Prabowo-Gibran yang memborong 96.214.691 suara atau sekitar 58,58 persen dari seluruh suara sah nasional.

 

Guna menyelidiki dugaan kecurangan itu, fraksi PDI-P pun ingin menggulirkan hak angket di DPR. Namun hingga kini hak angket masih sekadar rencana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Nasional
Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Nasional
Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Nasional
Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Nasional
Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Nasional
Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Nasional
Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Nasional
Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Nasional
Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Nasional
Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Nasional
PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

Nasional
Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Nasional
Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com