JAKARTA, KOMPAS.com - Survei Litbang Kompas periode 26-28 Februari 2024 mencatat adanya 22 persen responden yang menilai ada keterkaitan antara naiknya harga beras dengan faktor politik.
Dilansir pemberitaan Kompas.id, Selasa (5/3/2024), survei tersebut mendalami persepsi masyarakat terhadap kenaikan harga beras pasar Januari-Februari 2024.
Hasilnya, hampir semua responden menilai kenaikan harga beras disebabkan oleh faktor alam, terutama iklim yang menyebabkan kondisi panen beras menjadi terganggu.
Baca juga: Survei Litbang Kompas: 64,2 Persen Responden Anggap Petani Beras Indonesia Masih Miskin
Persepsi ini mengikuti penjelasan yang diberikan pemerintah.
Lalu, ada 22 persen publik mengaitkan kenaikan harga beras dengan faktor politik, yakni adanya bantuan sosial (bansos) pemerintah, partai politik (parpol), dan calon anggota legislatif (caleg) selama masa pemilu dinilai turut mempengaruhi berkurangnya stok beras oleh pihak pihak tersebut.
Kemudian, ada 10,9 persen responden menganggap adanya permainan harga beras dari pihak kedua atau tengkulak.
Selain itu, sebanyak 10,6 responden menganggap ada pedagang yang sengaja menimbun pasokan beras.
Lebih lanjut, survei juga mencatat pendapat 26,5 persen responden yang menganggap faktor alam atau iklim yang tidak menentu sebagai masalah utama petani beras.
Lalu, 24 persen responden menilai para petani masih kurang memiliki modal sehingga kurang dapat mengoptimalkan lahan yang digarap.
Baca juga: Pemprov DKI Libatkan Satgas Pangan Buat Pantau Stok dan Harga Beras Jelang Ramadhan 2024
Di sisi lain, survei yang sama juga mencatat ada 64,2 persen responden menyatakan sebagian besar petani beras masih tergolong miskin.
Kemudian, sebanyak 32,9 persen responden menilai sebagian besar petani beras sudah hidup berkecukupan.
Lalu 1,8 persen responden menyebutkan para petani beras sebagian besar sudah bidup sejahtera. Ada pula 1,1 persen responden menjawab tidak tahu.
Adapun survei Litbang Kompas digelar pada 26-28 Februari 2024 terhadap 512 responden dari 38 provinsi yang diwawancarai melalui telepon.
Baca juga: Petani Menjerit karena Tengkulak, Terjepit karena Lahan Menyempit
Sampel ditentukan secara acak dari responden panel Litbang Kompas sesuai proporsi jumlah penduduk setiap provinsi.
Tingkat kepercayaan survei sebesar 95 persen dengan margin of error penelitian plus minus 4,33 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
Meskipun demikian, kesalahan di luar pengambilan sampel dimungkinkan terjadi. Pengumpulan pendapat sepenuhnya dibiayai oleh Harian Kompas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.