Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Din Syamsuddin Deklarasi Gerakan Tolak Pemilu Curang Hari Ini

Kompas.com - 05/03/2024, 09:34 WIB
Syakirun Ni'am,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsuddin akan menggelar deklarasi gerakan yang menolak pemilu curang pada Selasa (5/4/2024) hari ini.

Perkumpulan itu bernama Gerakan Penegakan Kedaulatan Rakyat (GPKR) yang diisi oleh 9 presidium, termasuk pensiunan jenderal TNI-Polri.

Deklarasi rencananya digelar di Gedung Balai Sarbini, Semanggi, Jakarta Pusat pukul 09.00 WIB sampai 12.00 WIB.

“Rakyat penolak pilpres curang silakan hadir dengan berbusana warna gelap dan atas warna putih,” sebagaimana dikutip dari pamflet yang dikirim Din, Selasa.

Baca juga: Din Syamsuddin Bentuk Gerakan yang Suarakan Tolak Pemilu Curang Bersama Eks Jenderal TNI-Polri

Selain Din, 9 anggota presidium itu adalah mantan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri) Komjen (Purn) Oegroseno; mantan Wakil Panglima TNI Jenderal (Purn) Fachrul Razi.

Lalu, mantan penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abdullah Hehamahua.

Kemudian, mantan Komisioner Komisi Hak Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Hafid Abbas, guru besar ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB) Didin S. Damanhuri, dan mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Profesor Rochmat Wahab.

Kemudian, Ketua Majelis Penasehat Muslimat Hidayatullah, Sabriati Aziz dan dokter Paulus Januar.

Dihubungi secara terpisah, Oegroseno mengaku sedang berada di Medan. Ia tengah mengawal proses penghitungan suaranya di Sumatera Utara.

Baca juga: Serba-serbi Hak Angket: Din Syamsuddin Dorong Pemakzulan, Jimly Anggap Hanya Gertakan, dan Tanggapan Yusril

Adapun Oegroseno diketahui maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Nasdem di Sumatera Utara (Sumut).

“Saya di Medan masih kawal susta saya di caleg Sumut,” tutur Oegroseno saat dihubungi Kompas.com.

Sebelumnya, Din mengatakan, pihaknya merasa tidak bisa membiarkan rezim pemerintah saat ini merampas kedaulatan masyarakat. Menurut dia, saat ini kedaulatan masyarakat sudah jatuh ke titik nadir.

“Bukan hanya jelang dan kalah pemilu dan Pilpres, tapi sudah sebelumnya,” tutur Din.


Din mengaku telah mengkritik gaya pemerintahan Jokowi sejak dua tahun lalu. Saat itu ia memperingatkan bahwa gaya kepemimpinan Jokowi bercorak constitutional dictatorship atau kediktatoran konstitusional.

Tindakan itu dilakukan salah satunya dengan merekayasa hukum.

“Jadi kalau tidak dihentikan, ya, maka ini akan berlarut dan saya membayangkan ada sustainable crime, kejahatan yang berkelanjutan,” ujar Din saat ditemui di Jakarta Selatan, Senin (4/3/2024).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Nasional
PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

Nasional
KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

Nasional
KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada 'Abuse of Power'

Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada "Abuse of Power"

Nasional
Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Nasional
Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Nasional
Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Nasional
Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Nasional
Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Nasional
Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Nasional
Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Nasional
Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Nasional
Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Nasional
Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com