JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyampaikan bahwa tingkat penilaian publik terhadap kejujuran dan keadilan (jurdil) penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) 2024 terjun bebas sepekan sejak hari pemungutan suara pada 14 Februari 2024.
Hal ini merupakan salah satu hasil temuan dalam survei pascapemilu (post-election survey) yang dilakukan LSI pada 19-21 Februari 2024.
Dalam survei pascapemilu itu, responden yang menilai Pemilu 2024 berlangsung jujur dan adil hanya 76,4 persen. Padahal, pada hari pemungutan suara, angkanya menyentuh 94,3 persen.
Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan mengatakan, penurunan tajam ini terbilang parah.
Baca juga: LSI: Kepuasan Publik Terkait Pemilu 2024 Turun 10,9 Persen sejak Pemungutan Suara Digelar
"Ada penurunan tingkat keyakinan masyarakat terhadap jurdil (jujur, adil)-nya proses pemilu kalau dilihat dari data ini," kata Djayadi dalam rilis temuan LSI secara daring, Minggu (24/2/2024).
"Turunnya hampir 20 persen. Penurunan yang sangat signifikan," ujarnya melanjutkan.
Secara rinci, responden yang menilai pelaksanaan Pemilu 2024 "sangat jujur dan adil" terjun bebas dari 45,5 persen ke 17,6 persen.
Selisih ini tidak dapat mengompensasi kenaikan responden yang menganggap pelaksanaan pemilu cukup jujur dan adil, yakni hanya naik ke 58,8 persen dari sebelumnya 48,8 persen.
Sisanya, ada penambahan 8,1 persen responden yang menganggap Pemilu 2024 kurang jujur dan adil, serta penambahan 4,8 persen responden yang menilainya tidak jujur dan adil sama sekali.
Baca juga: KPU Ungkap Alasan Baru Jadwalkan Pemilu Ulang di 686 TPS dari 780 TPS Rekomendasi Bawaslu
Lebih lanjut, Djayadi mengungkapkan, tren penurunan juga tampak pada kepuasan publik terhadap pelaksanaan Pemilu 2024.
Dalam survei pascapemilu itu, tingkat kepuasan publik mencapai 83,6 persen. Padahal, pada hari pemungutan suara, tingkat kepuasannya mencapai 94,5 persen.
Djayadi menilai bahwa penurunan ini signifikan, karena angkanya cukup lebar dalam waktu yang sempit.
"Misalnya kita survei lagi 10 hari lagi, mungkin tingkat kepuasannya turun lagi," katanya.
Dia berpendapat, penurunan ini salah satunya terjadi karena publik dibuat tahu tentang beberapa kontroversi yang mengiringi penyelenggaraan Pemilu 2024 melalui ragam pemberitaan.
Baca juga: Migrant Care Ungkap Pemilu Via Pos di Hong Kong Penuh Masalah
Di antaranya, kontroversi soal kesalahan penghitungan Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) milik Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Lalu, ada juga berbagai pemberitaan soal digelarnya pemilu ulang di banyak wilayah.