Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Megawati Tinggal di Istana Presiden, Sebut Kekuasaan Sangat Membius

Kompas.com - 09/02/2024, 15:58 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Kelima RI sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bercerita tentang pengalamannya tinggal di Istana Kepresidenan.

Sebagai seseorang yang menghabiskan masa kecil di Istana ketika ayahnya, Soekarno, menjabat sebagai Presiden pertama Indonesia, Megawati menyebut bahwa kekuasaan sangatlah membius.

“Saya kan mengalami ya tinggal di Istana. Jadi bukan karena sombong, semuanya lahir di Istana, enggak pernah di rumah sakit, jadi itulah kehidupan kami,” kata Megawati saat wawancara bersama Pemimpin Redaksi Kompas TV, Rosianna Silalahi, dalam program Rosi Kompas TV, Kamis (8/2/2024) malam.

“Waktu itu kan saya jadi melihat bahwa kekuasaan itu ternyata sangat membius,” ujarnya.

Baca juga: Bukan Cuma Jokowi dan Ganjar, Megawati Sebut Dirinya Juga Petugas Partai

Megawati mengatakan, sekilas, Istana tampak megah dengan gedung besar dan luas serta lampu-lampu gantung mewah. Namun, di sisi bawah Istana, banyak ruang-ruang gelap yang tak dilengkapi lampu.

Megawati tak tahu menahu makna dari arsitektur bangunan Istana. Apalagi, bangunan tersebut merupakan warisan Belanda.

Namun, karena bangunan Istana itulah, Mega kerap kali mengingatkan kadernya yang menduduki jabatan di pemerintahan supaya tak terlena. Bahwa Istana jangan hanya dilihat dari sisi gemerlapnya saja, karena pada saat bersamaan ada sisi gelapnya.

Kerap kali Mega juga berpesan kepada kadernya agar menjadi pemimpin yang tahan banting. Sebab, tidak semua orang yang berada di dekat penguasa memiliki niat baik.

Mega mencontohkan ketika ayahnya ditetapkan sebagai Presiden seumur hidup, banyak orang mendatangi Soekarno ke Istana.

Namun, ketika Soekarno lengser, orang-orang yang semula berada di sekeliling, lenyap begitu saja.

“Saya bilang sama bapak saya, itu Istana kok kayak jadi pasar malam ya, banyak orang akan ketemu. Bukan berarti tidak boleh ketemu, tapi maksud saya, apakah benar orang yang akan bertemu ini mempunyai hal-hal yang baik,” kata Megawati.

“Ternyata setelah Bung Karno itu dijatuhkan, lenyap itu orang entah ke mana. Jangan lihat ke atas terus, tapi ke bawah,” tuturnya.

Baca juga: Tegas Tolak Presiden Tiga Periode, Megawati: Saya Kan Taat Aturan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Nasional
Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tesenyum lalu Tertawa

Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tesenyum lalu Tertawa

Nasional
Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Nasional
Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Nasional
Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com