JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nasional, Zenzi Suhadi, menyampaikan bahwa hanya calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto, yang tak memenuhi undangan dialog dari organisasi tersebut.
Kubu Prabowo juga disebut tak pernah menindaklanjuti undangan dialog itu di lain waktu.
“Di Konferensi Orang Muda 25 November lalu, kita undang ketiganya, tapi (Prabowo) tidak hadir dan tidak ada komunikasi tidak lanjut dari timnya sampai hari ini,” kata Zenzi kepada awak media usai menerima kedatangan capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, di kantornya pada Kamis (8/2/2024).
Baca juga: Ganjar dan Walhi Singgung Perbaikan Lingkungan Hidup Tak Terwujud di Rezim Jokowi
Pada acara tanggal 25 November 2023 itu, hanya capres nomor urut 1 Anies Baswedan yang hadir langsung menyampaikan gagasannya soal lingkungan hidup.
Ganjar juga absen dalam acara itu. Namun, menurut Zenzi, kubu Ganjar berupaya untuk menjadwalkan ulang dialog itu dalam forum dan waktu yang lain.
"Pihak dari timnya Pak Ganjar menawarkan nanti pak Ganjar akan datang ke Walhi untuk mendapatkan masukan,” terangnya.
Baca juga: Kala Anies Kuasai Panggung Walhi Sendirian, Prabowo dan Ganjar Absen
Zenzi menyayangkan sikap kubu Prabowo yang mengabaikan undangan dari Walhi.
Padahal, paradigma yang diusung Prabowo memerlukan banyak koreksi dari segi lingkungan hidup.
“Kami anggap (Prabowo) tidak mau mendapatkan masukan dari pihak yang menangani persoalan. Padahal, menurut kami paradigma dan cara pikir 02 terhadap lingkungan berbahaya. Kenapa berbahaya karena tidak meng-address keadilan,” tuturnya.
Ia memberi contoh soal program hilirisasi yang menjadi andalan Prabowo yang hanya berkutat pada produk ekstraktif dengan dampak lingkungan yang sangat besar, sebagaimana ditunjukkan di kawasan pembangunan smelter nikel di Morowali dan Pulau Obi.
"Ekonomi ekstraktif tambang itu yang dihitung apa yang didapat tapi apa yang hilang dari pertambangan dan smelter tidak pernah dihitung. Berbeda dengan ekonomi tropis ekonomi nusantara apa yang kita dapatkan tidak ada yang hilang,” sambung Zenzi.
Baca juga: Luhut Yakin Prabowo Lanjutkan Program Jokowi, Termasuk Hilirisasi
Padahal, Indonesia memiliki alternatif untuk industri pengolahan rempah-rempah.
Walhi meyakini, paradigma ekonomi yang berfokus pada pengembangan komoditas rempah sebagai "takdir" negara tropis seperti Indonesia bakal membawa keuntungan yang lebih besar.
"Ekonomi dapat tumbuh bersamaan lingkungan yang pulih," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.