JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, menyambangi kantor Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) di Jakarta, Kamis (8/2/2024) malam.
Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam itu, Ganjar dan para aktivis Walhi disebut berdiskusi tentang banyak hal, utamanya soal peninjauan kembali izin tambang, sawit, hingga hilirisasi rempah.
Direktur Eksekutif Walhi, Zenzi Suhadi, menyebut bahwa pertemuan ini merupakan agenda susulan yang direncanakan tim Ganjar. Sebab, dalam Kongres Orang Muda yang digelar Walhi pada 25 November 2023 lalu, hanya capres nomor urut 1, Anies Baswedan, yang hadir.
"Tadi saya sampaikan, satu ada kasus yang sudah terjadi, katakan, pertambangan, lalu perkebunan, yang kemudian menjadi tidak terasa adil karena masyarakat yang ada di sekitarnya tidak bisa mengakses," kata Ganjar kepada wartawan.
Baca juga: Disebut Wiranto Tak Paham Politik, Ganjar: Biar Kami Belajar dari Senior, Ajaranmu Konsisten?
"Maka perlu ada review beberapa kebijakan dan masukan tadi diberikan kepada saya, ya saya sampaikan ya perlulah regulatory sandbox yang kita mesti bikin dengan kondisi daerah yang beragam, termasuk dari transportasi pulau-pulau kecil yang potensi alamnya yang nantinya dihilirisasi, ya rempah-rempah ini," jelas dia.
Menurut Ganjar, paradigma seperti ini akan membuat alam lebih terjaga dan menciptakan nilai tambah di masyarakat, seandainya dikelola dengan baik.
Bisnis-bisnis ekstraktif yang saat ini sudah berjalan, kata Ganjar, tidak juga serta-merta akan dihentikan operasionalnya.
"Pengusaha juga ketakutan toh? 'wah punya gua diambil', nggak bisa. Tapi yang mau nambang, entar dulu, ya, kita seimbangkan dulu, perusakan alamnya sudah cukup parah. Maka hal-hal yang seperti ini kita bisa dudukan untuk ambil keputusan dalam me-review tadi," ujar eks Gubernur Jawa Tengah itu.
Sementara itu, Zenzi melanjutkan, ekonomi Indonesia saat ini mengandalkan banyak bisnis ekstraktif yang pertumbuhannya horizontal alias lapar tanah.
Jumlah penduduk akan terus bertambah, sedangkan luas lahan cenderung tetap, namun tanah yang ada terus berkurang oleh ekspansi bisnis ekstraktif, termasuk sebagian besarnya tambang, sawit, dan akasia.
"Sehingga jalan keluarnya adalah ekonomi vertikal, ekonomi nusantara ini," ucap Zenzi.
"Pala, cengkih, semakin tinggi pohonnya, buahnya semakin banyak, ekonomi semakin tumbuh. Beda dgn tambang dan sawit. Tambang dan sawit itu kalau kita mau menumbuhkan ekonominya, produksinya, harus nambah lahan," jelasnya.
Baca juga: Soal Pernyataan Ahok Terkait Jokowi, Ganjar: Intinya Ingin Bantu Saya, Beliau Punya Karakter Sendiri
Walhi meyakini, paradigma ekonomi yang berfokus pada pengembangan komoditas rempah sebagai "takdir" negara tropis seperti Indonesia bakal membawa keuntungan yang lebih besar.
"Ekonomi dapat tumbuh bersamaan lingkungan yang pulih," ucapnya.
"Kami menyampaikan sudah darurat ekologis sekarang, sudah menjadi kebutuhan me-review kebutuhan ekstraktif lakukan pencabutan izin, dan hentikan penerbitan izin baru," kata Zenzi.
Dalam pertemuan itu, Ganjar disebut menyinggung pentingnya 3 faktor, yaitu sistem, regulasi, dan aktor yang memberikan teladan.
Ganjar juga disebut menyoroti pentingnya pembangunan berdasarkan "skenario", bukan "perencanaan", sehingga pembangunan didasarkan atas aspirasi masyarakat meskipun ditolak kepentingan politik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.