Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggap Politik Dinasti Lumrah, Mahfud: Tapi Jangan Menukangi Konstitusi, yang Tak Punya Kapasitas Dicarikan Jalan

Kompas.com - 08/02/2024, 08:15 WIB
Ardito Ramadhan,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud MD berpandangan, tidak ada larangan bagi politikus untuk menerapkan sistem politik dinasti atau jabatannya diteruskan oleh keluarganya.

Meski demikian, ia menegaskan bahwa politisi yang sedang menjabat tidak boleh melanggar aturan agar keluarganya mendapatkan jabatan meski tidak punya kapasitas.

"Yang dilarang itu kalau direkayasa, orang tidak punya kapasitas untuk menjadi pejabat dicarikan jalan. Menukangi hukum, menukangi konstitusi, neror orang," kata Mahfud dalam acara Tabrak Prof! di Posbloc, Jakarta, Rabu (7/2/2024).

Baca juga: Mahfud Janji Tak Naikkan Pajak untuk Hapus Utang

Mahfud menuturkan, sebuah keluarga yang anggotanya berkiprah di dunia politik merupakan hal yang lumrah terjadi di berbagai negara.

Ia mencontohkan, Mahatma Gandhi beserta keluarganya seperti Indira Gandhi, Rajiv Gandhi, dan Sonia Gandji bergantian mendapat jabatan penting di India.

Contoh lain, di Amerika Serikat terdapat keluarga Kennedy dan keluarga Bush yang anggotanya juga menduduki sejumlah jabatan penting.

Namun, ia menekankan bahwa para anggota keluarga tersebut memang memiliki kapasitas untuk mendapatkan jabatan, bukan karena mengakali aturan.

"Di mana-mana boleh, di Pakistan dulu Benazir Bhutto dengan ayahnya Ali Bhutto, tetapi anaknya tuh memang hebat-hebat, bukan karena dikatrol, bukan karena menukangi hukum," kata Mahfud.

Baca juga: Mahfud Tak Mau Ajak Sri Mulyani dan Basuki Ikut Mundur dari Kabinet

Tudingan politik dinasti sering diarahkan kepada keluarga Presiden Joko Widodo dalam beberapa waktu terakhir.

Putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, menjabat sebagai Wali Kota Solo dan tengah berkontestasi sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Gibran menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Pencalonan Gibran ini dianggap bermasalah karena ia berhak maju sebagai cawapres setelah Mahkamah Konstitusi (MK) yang dipimpin pamannya, Anwar Usman, mengubah ketentuan mengenai syarat pencalonan presiden dan wakil presiden.

Baca juga: Jokowi Bilang Tak Akan Kampanye, Mahfud: Anda Saja yang Menilai

Belakangan, Majelis Kehormatan MK menyatakan ada pelanggaran etik dalam pengambilan keputusan itu dan mencopot Anwar dari jabatan ketua MK.

Kemudian, putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, adalah ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kaesang terpilih sebagai ketum hanya berselang dua hari setelah dinyatakan bergabung ke aprtai tersebut.

Tak hanya itu, menantu Jokowi, Bobby Nasution kini menjabat sebagai Wali Kota Medan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com