MUNGKIN hampir semua sepakat bahwa jalannya Debat Kelima Capres 2024 yang berlangsung pada 4 Februari 2024, adalah anomali, atau sesuatu yang berada di luar ekspektasi banyak orang.
Debat kali ini justru berbanding terbalik dari debat-debat sebelumnya dan juga berlawanan dari kondisi objektif dinamika kontestasi akhir-akhir ini yang seharusnya melatarbelakangi debat tersebut.
Bila kita perhatikan, pada debat pertama (debat capres) – yang bertemakan Demokrasi, Hukum dan HAM – perdebatan berlangsung seru.
Capres no 2 Prabowo Subianto menjadi sasaran tembak kedua capres lain, yakni no 1 Anies Baswedan dan no 3 Ganjar Pranowo yang menyerang secara agresif masa lalu Prabowo, termasuk masalah Putusan MK No. 90.
Debat pertama ini mengubah sudut pandang publik yang awalnya apatis dengan debat capres, menjadi antusias.
Debat kedua, yang menghadirkan Cawapres masing-masing Paslon, justru lebih meningkatkan eskalasi ketertarikan publik.
Pada debat kedua ini, Cawapres no 2 Gibran Rakabuming yang sebelumnya dianggap “underdog”, justru membalikkan ekspektasi publik dengan tampil begitu agresif dan menguasai panggung debat. Meski banyak juga kritik kepadanya, karena menggunakan istilah-istilah menjebak yang dianggap tidak etis.
Namun terlepas dari itu, debat kedua ini menyajikan banyak bahan baku bagi para tim sukses untuk melakukan framing ke dalam kampanye mereka sepekan berikutnya.
Lebih dari sepekan, media sosial dan lapangan terus diwarnai cuplikan-cuplikan debat cawapres ini.
Debat ketiga, yang membawa isu Pertahanan, Keamanan, Hubungan Luar Negeri dan Geopolitik, bisa dikatakan sebagai babak paling panas.
Pada debat kali ini, terlihat sekali Prabowo yang ketika itu memimpin elektabilitas dihampir semua hasil survei nasional – justru babak belur dirajam oleh serangan-serangan agresif dari Anies dan Ganjar.
Bahkan di sini, publik seakan melihat bagaimana Anies dan Ganjar seperti kompak, gayung bersambut memberikan nilai pada kinerja Kementerian Pertahanan yang dipimpin oleh Prabowo.
Tak ayal, hasil debat ketiga ini, menjadi bahan baku kampanye yang terus digunakan oleh Prabowo selama lebih dari sepekan setelahnya.
Dalam safari kampanye Prabowo ke wilayah Sumatera, penilaian yang diberikan oleh Ganjar dan Anies dalam debat ketiga, menjadi frasa yang diulang-ulang tanpa henti.
Dan hal ini menunjukkan bagaimana panggung debat dan lapangan, memiliki relevansi yang berhubungan dalam kontestasi Pilpres 2024 ini.
Adapun debat keempat, yang merupakan debat Cawapres, mempertebal nuansa kontestasi ini. Gibran tampil makin agresif – bahkan menggunakan gimik – yang oleh sebagian publik dianggap sebagai perilaku tidak etis.
Lagi-lagi, jalannya debat keempat menjadi bahan baku yang memengaruhi narasi kampanye semua paslon di lapangan.
Menjelang debat kelima, narasi kampanye ketiga paslon terus bereskalasi di lapangan. Ditambah lagi, pascadebat keempat itu, kampanye paslon sudah memasuki masa rapat akbar, yang mengundang banyak simpatisan mereka.
Sudah barang tentu, narasi dalam debat terakhir memengaruhi juga narasi dalam kampanye di lapangan. Dan ini terus bereskalasi makin tinggi.