JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan pemerintah menyetujui peningkatan alokasi anggaran belanja alat utama sistem persenjataan (alutsista) di tengah masa kampanye Pemilu dan Pilpres dinilai rawan penyimpangan jika tak diimbangi dengan asas keterbukaan.
"Kenaikan anggaran ini tanpa dibarengi transparansi sektor pertahanan akan potensial disalahgunakan di masa akhir pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)," kata Peneliti Senior Imparsial sekaligus Ketua Badan Pengurus Centra Initiative Al Araf saat dihubungi pada Kamis (30/11/2023).
Al Araf menyoroti keputusan pemerintah terkait penambahan anggaran untuk alokasi alutsista yang berasal dari pinjaman luar negeri sampai mencapai lebih dari 4 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 61,7 triliun.
Dia mempertanyakan efektivitas realisasi penambahan anggaran di sisa masa pemerintahan Presiden Jokowi yang memimpin Kabinet Indonesia Maju lantaran kurang dari 1 tahun.
Al Araf menilai sulit membuat kontrak pembelian alutsista baru dengan segala prosesnya dalam kurun kurang dari 1 tahun. Kemungkinan besar Kementerian Pertahanan hanya akan menyelesaikan berbagai kontrak pembelian yang dibuat sebelumnya.
Di sisi lain, dia menyoroti Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang tengah sibuk berkampanye karena merupakan calon presiden nomor urut 2, bersama calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka.
"Kenaikan ini menjadi sulit efektivitasnya di tengah masa pemerintahan mau berakhir. Apalagi sang menteri pertahanan maju menjadi kandidat presiden sehingga waktu Prabowo akan sibuk mengurusi politik ketimbang mengurusi Kementerian Pertahanan," ujar Al Araf.
Al Araf juga menilai wajar jika persetujuan penambahan anggaran belanja alutsista secara mendadak memicu kecurigaan terkait potensi penyalahgunaan.
"Kenaikan yang mendadak ini justru menimbulkan tanda tanya apakah hal ini untuk kepentingan membangun pertahanan atau ada udang di balik batu di mana atas nama pertahanan anggarannya potensi disalahgunakan untuk kepentingan politik elektoral 2024, mengingat sang menteri maju menjadi kandidat presiden," ucap Al Araf.
Baca juga: Menkeu Jelaskan Alasan Anggaran Belanja Alutsista dari Pinjaman Naik
Sebelumnya diberitakan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan alasan penambahan anggaran yang berasal dari pinjaman luar negeri sampai mencapai lebih dari 4 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 61,7 triliun, untuk alokasi belanja alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Sri Mulyani mengatakan, kenaikan alokasi ini karena adanya kebutuhan sesuai kondisi dan peningkatan dinamika geopolitik dan geosekuriti.
Di sisi lain, kata Sri Mulyani, hal ini masih sesuai dengan perencanaan dan penganggaran jangka menengah dan panjang.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, dan Sri Mulyani mengikuti rapat tertutup di Istana Kepresidenan Bogor pada Selasa (28/11/2023) sore lalu.
Dalam rapat dipimpin Presiden Joko Widodo itu dibahas soal anggaran untuk pembangunan sistem pertahanan.
Baca juga: Anggaran Belanja Alutsista dari Pinjaman Luar Negeri Naik, Mahfud: Pasti Sudah Dihitung
Sri Mulyani dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Jakarta, pada Rabu (29/11/2023) menjelaskan, pertemuan itu membahas belanja alutsista yang menggunakan pinjaman luar negeri.