Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Kepala BKKBN: Stunting Jadi Momok bagi Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045

Kompas.com - 28/10/2023, 12:24 WIB
Dwi NH,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo mengatakan, stunting menjadi momok bagi bangsa untuk menuju Indonesia Emas 2045.

Sebab, kata dr Hasto, orang stunting memiliki pendapatan 20 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak.

“Sehingga kalau kita ingin keluar dari middle income trap untuk menuju Indonesia Emas berat sekali, kalau (angka) stunting terlalu banyak,” ucap dr Hasto dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (28/10/2023).

Oleh karena itu, lanjutnya, pengukuran panjang badan penting dilakukan dan tidak hanya fokus pada berat badan saja, karena banyak orang gemuk ternyata menderita stunting.

Baca juga: Kementerian ESDM Minta Perusahaan Tambang Ikut Tangani Stunting

Pernyataan tersebut disampaikan dr Hasto saat menjadi narasumber pada kegiatan Konsolidasi Nasional Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) di Asrama Haji, Jakarta Timur (Jaktim), Jumat (27/10/2023).

Dalam kesempatan itu, ia mengungkapkan orang stunting memiliki ciri tubuh pendek.

“Orang yang mengandung terlalu muda, terlalu tua, dan kondisi anemia akan melahirkan bayi stunting dan bayi itu baru umur 40 tahun sudah central obes sehingga mudah terkena penyakit,” jelasnya.

Selain itu, permasalahan stunting juga muncul dari rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, belum mapannya suatu keluarga, dan kekurangan gizi terutama protein hewani.

Baca juga: Ahli Gizi Sebut Anak Bisa Stunting karena Kekurangan Gizi Kronis di Masa Pertumbuhan

Dia juga mengungkapkan, anak-anak penerima ASI eksklusif masih di bawah 70 persen dan persentase keluarga yang tinggal di rumah tidak layak huni (RTLH) sebesar 57 persen.

“(Begitu juga) makanan bergizi, orang yang tinggal di daerah khusus ibu kota (DKI) masih jauh lebih banyak dibandingkan daerah pedesaan, jadi (mereka) tidak ada protein hewani. Jadi cegah stunting itu harus dengan protein hewani, telur atau lele," jelasnya.

Untuk permasalahan menyusui, lanjut dr Hasto, ia mengimbau para ibu agar memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka sesering mungkin selama enam bulan tanpa diberikan makanan yang lain.

"Sempurnakanlah menyusui sampai 24 bulan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), karena 96 persen bayi itu sudah menutup otaknya dan ini sudah diteliti di seluruh dunia, maka itulah pentingnya 1.000 HPK,” ucap dr Hasto.

Baca juga: Pentingnya Konsumsi Makanan Bergizi pada 1000 HPK Anak

Beberapa tantangan di daerah masing-masing

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum (Ketum) BKMT Syifa Fauzia mengatakan, ada beberapa tantangan dalam mengatasi stunting di daerah masing-masing di seluruh Indonesia.

Oleh karenanya, kata dia, BKMT siap bersinergi dengan pemerintah, khususnya BKKBN dan komponen lainnya untuk dapat mencari solusi bersama dalam menangani stunting.

“Di sini kita berbicara tentang bagaimana stunting dan gizi buruk serta ibu hamil. Saya sebetulnya sangat sedih jika melihat di berbagai daerah, stunting gizi buruk, terutama pada ibu hamil. (Hal) ini menjadi tantangan yang harus dijawab oleh BKMT kalau kita lebih meluaskan program selain berdakwah, kita juga bisa melihat masyarakat perempuan dan anak di sana. Apakah gizinya sudah terpenuhi?,” imbuh Syifa.

Baca juga: Percepatan Perbaikan Gizi Jadi Fokus Penurunan Stunting

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com