Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darwin Darmawan

Pendeta GKI, Mahasiswa doktoral ilmu politik Universitas Indonesia

"Jokowi is Me" sebagai Pembusukan Politik

Kompas.com - 23/10/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KEPUTUSAN Partai Solidaritas Indonesia menjadikan Kaesang Pangarep sebagai ketua umum partai adalah keputusan yang cerdas secara politis, namun menyedihkan secara demokratis.

Langkah tersebut membuka kemungkinan partai ini melewati ambang batas parlemen empat persen. Namun keputusan politik tersebut menunjukkan pragmatisme politik dan berlawanan dengan semangat egalitarianisme yang diusung mereka.

Langkah cerdas PSI

Beberapa survei menunjukkan PSI terancam tidak masuk ke Senayan dalam pemilu 2024. Elektabilitas PSI dalam survei Kompas pada Juni 2022, sebesar 0,7 persen.

SMRC merilis hasil yang lebih rendah pada Desember 2022: 0,5 persen. Sementara itu, LSI Denny JA menyampaikan hasil survei (7/2/2023) bahwa PSI mendapat 0,5 persen.

Artinya, tiga lembaga survei yang berbeda sama-sama melihat perolehan suara PSI jauh di bawah ambang batas parlemen 4 persen.

Langkah zig zag politik PSI yang pada Oktober 2022, mengusulkan Ganjar Pranowo sebagai bakal capres, lalu menerima Prabowo Subianto di kantor DPP PSI pada 2 Agustus 2023, yang diikuti dengan mencabut dukungan kepada Ganjar karena mencermati nasihat Presiden Jokowi untuk tidak buru-buru menentukan capres yang akan didukung (23 Agustus 2023), membuat sebagian pemilihnya bingung.

Sejumlah orang muda kelas menengah perkotaan yang selama ini menjadi pendukung PSI dan mengetahui rekam jejak Prabowo, merasa kecewa dan mempertanyakan langkah zig zag PSI, khususnya ketika menerima Prabowo di kantor DPP.

Kritik dan kekecewaan tersebut mendorong pengurus PSI, yang banyak diwakili Grace Natalie, menyampaikan klarifikasi-klarifikasi melalui media sosial PSI.

Dengan hasil survei elektabilitas PSI di bawah empat persen dan kekecewaan sebagian pendukungnya, sulit bagi PSI untuk lolos ke parlemen jika tidak ada langkah signifikan.

Di sinilah keputusan untuk menjadikan Kaesang sebagai ketua umum menjadi penting. Keputusan tersebut cerdas secara politik.

Untuk partai-partai nasionalis, ketua umum partai menjadi magnet electoral partai (Litbang Kompas, 8 Agustus 2022).

Dalam survei tersebut dijelaskan, parpol nasionalis/non-agama yang sudah mapan rata-rata memiliki figur kuat sebagai magnet politik terbesar bagi pemilih.

Jika partai nasionalis yang mapan saja bertumpu pada figur ketua umum yang kuat, apalagi PSI yang terancam tidak lolos ambang batas parlemen.

Kaesang, anak Jokowi, punya popularitas dan diharapkan menjadi magnet electoral bagi PSI. Maka seperti yang disebutkan Kaesang sendiri dalam pidatonya sebagai ketua PSI, Kaesang ingin meloloskan PSI ke Senayan.

Harapan tersebut realistis. Kaesang adalah anak Jokowi. Masyarakat Indonesia puas dengan pemerintahan Jokowi.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Nasional
Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Nasional
Aies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Aies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Nasional
PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

Nasional
Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Nasional
Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran Ibarat Pisau Bermata Dua

Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran Ibarat Pisau Bermata Dua

Nasional
Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Nasional
Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P di Periode Kedua Jokowi

Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P di Periode Kedua Jokowi

Nasional
Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasional
Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Nasional
Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com