JAKARTA, KOMPAS.com - Peluang Menteri BUMN Erick Thohir dan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping Prabowo Subianto dinilai terbuka lebar.
Pasalnya, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang mulanya digadang-gadang jadi cawapres Prabowo dikabarkan bakal berduet dengan bakal calon presiden (capres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan.
“Kaburnya PKB ke sisi Nasdem membuka kesempatan bagi Erick Tohir dan Gibran untuk menjadi cawapres pendamping Prabowo,” kata Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam kepada Kompas.com, Jumat (1/9/2023).
Baca juga: Duet Anies-Cak Imin Menguat, PKB Tinggalkan Koalisi Pendukung Prabowo?
Sebelumnya, banyak nama berseliweran di bursa cawapres Prabowo. Sosok Erick Thohir diajukan oleh Partai Amanat Nasional (PAN), salah satu parpol anggota koalisi pendukung Prabowo, Koalisi Indonesia Maju.
Sementara, wacana duet Prabowo-Gibran dimunculkan sejumlah kelompok relawan, meski putra sulung Presiden Joko Widodo itu belum memenuhi syarat minimal usia cawapres.
Di sisi lain, sejak awal berkoalisi dengan Gerindra, PKB bersikukuh mengajukan nama Cak Imin, demikian sapaan akrab Muhaimin, sebagai bakal calon RI-2.
Umam pun menduga, dengan merapatnya PKB ke Nasdem, sikap politik Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dua dari tiga parpol anggota Koalisi Perubahan untuk Persatuan, bakal terbelah.
Demokrat yang merasa dikhianati karena ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), batal jadi cawapres, diprediksi berpaling dari koalisi pendukung Anies.
“PKS sendiri kemungkinan bisa tetap mendukung Anies karena kabarnya telah menerima logistik dan juga mendapatkan coat-tail effect dari pencapresan Anies,” ujar Umam.
Namun demikian, Umam melanjutkan, retaknya Koalisi Perubahan untuk Persatuan bakal dimanfaatkan oleh poros-poros politik pesaing.
PDI Perjuangan diperkirakan akan berupaya merangkul Demokrat untuk memperkuat pencapresan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“Di sisi lain, Prabowo yang baru saja kehilangan PKB tentu juga berusaha mendekati Demokrat dan PKS yang jelas-jelas punya sejarah dukungan pada pilpres sebelumnya,” tutur dosen Universitas Paramadina itu.
Adapun kabar duet Anies-Muhaimin pertama kali diungkap oleh Partai Demokrat. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Demokrat Teuku Riefky Harsya mengatakan, nama Cak Imin ditunjuk langsung oleh Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
Katanya, keputusan itu diambil secara sepihak oleh Surya Paloh setelah ia bertemu dengan Muhaimin di markas Nasdem di Menteng, Jakarta, Selasa (29/8/2023).
“Secara sepihak Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh tiba-tiba menetapkan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai cawapres Anies tanpa sepengetahuan Partai Demokrat dan PKS,” ujar Riefky dalam keterangannya, Kamis (31/8/2023).