NAMA Yenny Wahid, putri kedua Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tiba-tiba menguat dalam pusaran bakal Cawapres Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan sebagai bakal Capres.
Adalah Partai Nasdem yang menggaungkan nama Yenny pascakegagalan menggoda Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang menolak halus tawaran menjadi Cawapres Anies.
Penolakan Khofifah yang juga merupakan Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) tersebut disinyalir karena ia ingin fokus menyelesaikan masa akhir jabatannya sebagai Gubernur Jatim.
Selain itu, posisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sedang mesra dengan Partai Gerindra dalam agenda memasangkan Prabowo dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai Capres dan Cawapres 2024 menjadi alasan penguatnya.
Mengingat hingga saat ini nama Khofifah masih tercatat sebagai kader PKB yang berharap mendapatkan rekomendasi dari Ketua Umum PKB Cak Imin untuk maju kembali sebagai Cagub Jatim 2024.
Secara core politik, Yenny dan Khofifah memiliki personal branding yang nyaris mirip.
Pertama, keduanya sama-sama berasal dari kalangan NU yang dianggap memiliki kapasitas dan merepresentasikan pemilih Nahdliyin.
Kedua, baik Yenny dan Khofifah merupakan aktivis perempuan yang memiliki basis pemilih loyal.
Yenny mewarisi insentif elektoral dari ayahnya Gus Dur, sementara Khofifah merupakan politisi yang terbukti secara elektoral memiliki massa pemilih berdasarkan kemenangan di Pilgub Jatim 2018.
Perbedaannya dalam konteks Pilpres 2024, Yenny mencitrakan dirinya memiliki ambisi maju sebagai Cawapres. Hal itu dibuktikan tidak ada penolakan darinya ketika namanya digadang-gadang sebagai salah satu bakal Cawapres.
Sebelumnya nama Yenny muncul dari wacana Partai Solidaritas Indonesia (PSI), lalu belakangan dari Partai Nasdem.
Lain halnya dengan Khofifah. Ia tampak ingin memperbaiki hubungannya dengan PKB yang sempat retak karena perbedaan politik di Pilgub Jatim 2018.
Waktu itu, pasangan Khofifah dan Emil Dardak berhasil menjungkalkan koalisi PKB, PDI Perjuangan, Partai Gerindra, dan PKS yang mengusung pasangan Saifullah Yusuf-Puti Soekarno.
Menguatnya nama Yenny sebagai alternatif Cawapres Anies tentu menghadirkan dinamika baru di internal partai pengusung Koalisi Perubahan.
Partai Nasdem dan PKS bahkan terlihat kompak mengekspresikan kebahagiaan atas respons positif dari Yenny, yang menyatakan kesiapannya untuk mendampingi Anies dengan bahasa antara dirinya (Yenny) dan Anies telah lama memiliki kedekatan secara pribadi.