KOMPAS.com – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) sekaligus Presiden Organisasi Antarparlemen Negara ASEAN (AIPA) ke-44 Puan Maharani mengungkapkan berbagai rencana kerja sama antara Indonesia-Laos di berbagai bidang.
Pada bidang investasi, Puan mengatakan, telah membicarakan rencana keterlibatan RI dalam proyek pembangunan infrastruktur di Laos, seperti pengadaan kereta api dari PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA untuk Petroleum Trading Lao Public Company (Petrotrade).
“Kemudian, Indonesia juga tertarik untuk bekerja sama imbal dagang (counter trade) pembelian potasium dari Laos mengingat potensi tambang potasium yang besar di negara tersebut,” ujar Puan dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (9/8/2023).
Hal tersebut disampaikan Puan saat menerima kunjungan President of National Assembly of Laos Xaysomphone Phomvihane bersama delegasi Parlemen Laos di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (9/8/2023).
Baca juga: Kembangkan UMKM, Erick Undang Agung Sedayu Kolaborasi dengan BUMN
Ia berharap, DPR RI dan Parlemen Laos dapat mendorong realisasi berbagai rencana tersebut, termasuk pada rencana kerja sama investasi pembangunan pabrik pupuk di Laos oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia.
“Saya juga berharap, Parlemen Laos dapat memberi dukungan penuh sehingga tindak lanjut hal tersebut dapat segera diwujudkan,” imbuh Puan.
Untuk memperkuat kerja sama ekonomi, Puan mengatakan, pihaknya akan mendorong realisasi pembukaan akses penerbangan langsung antara Indonesia dan Laos.
Menurutnya, akses penerbangan langsung akan memperkuat konektivitas antarnegara dan membuka peluang kerja sama di berbagai bidang, khususnya ekonomi dan pariwisata.
Tak lupa, Puan mengapresiasi pencapaian Laos dalam ketahanan energi, yang bersumber dari energi baru terbarukan (EBT).
Baca juga: Ini Rekomendasi Tingkatkan Bauran Energi Terbarukan Indonesia
Perlu diketahui, Laos muncul sebagai pemain kunci dalam industri EBT. Negara ini memiliki lebih dari 70 bendungan dengan total kapasitas pembangkit sebesar 8.000 megawatt (MW).
Dengan demikian, Laos telah mencapai kemajuan memenuhi kebutuhan energi di negaranya dari sumber air.
“Capaian tersebut menegaskan kontribusi Laos terhadap ketahanan energi dan tujuan pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara,” ujar Puan.
Ia mengungkapkan bahwa Indonesia siap menjalin kerja sama dengan Laos, seperti kerja sama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dengan Électricité du Laos.
Puan menilai, Indonesia dan Laos dapat saling bertukar pengalaman dalam upaya pengembangan energi terbarukan.
Baca juga: Pemanfaatan Energi Terbarukan Masih Rendah, Belum Ada Target yang Tercapai
“Saya mendorong kerja sama berupa pertukaran pengalaman, dan best practice dalam pengembangan sektor energi terbarukan. Saya berharap Indonesia dan Laos dapat menegaskan pentingnya transisi energi terbarukan sebagai pengganti bahan bakar fosil dalam kebijakan domestik dan regional,” katanya.
Terkait hubungan politik, Puan mengatakan, Indonesia dan Laos telah memberi kontribusi positif bagi stabilitas kawasan ASEAN.
Sebagai kerja sama lebih lanjut, ia mengajak Parlemen Laos untuk selalu berkontribusi pada upaya menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan.
“Indonesia memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM) Pertahanan Laos. Hal ini ditandai dengan keterlibatan Perwira Angkatan Bersenjata Laos dalam mengikuti pendidikan di Indonesia,” tutur Puan.
Cucu Bung Karno itu juga meminta Parlemen Laos agar dapat mendorong pemerintahannya untuk meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan.
Baca juga: Jokowi: Industri Pertahanan Kita Punya Prospek Baik, Permintaannya Banyak
Apalagi, kata Puan, Laos tertarik untuk membeli pesawat dan alat utama sistem senjata (alutsista) pertahanan dari Indonesia.
“Kiranya Parlemen Laos dapat mendorong tindak lanjut pembelian pesawat terbang yang diproduksi Indonesia, yang diminati Pemerintah Laos,” imbuhnya.
Pada kesempatan tersebut, Puan juga membicarakan mengenai kerja sama penegakan hukum.