Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anies Dianggap Tak Semenonjol Saat di Pilkada DKI 2017

Kompas.com - 07/08/2023, 14:14 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai, bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan terlalu banyak gimmick dan "hore-hore" sebagai oposisi sehingga elektabilitasnya cenderung stagnan, berada di bawah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Dalam berbagai lembaga survei, nama Anies berada di urutan ketiga atau di bawah Ganjar dan Prabowo.

"Wajah Anies sebagai representasi kelompok oposisi hanya sebatas hore-hore di permukaan, lebih banyak gimmick, tapi belum menyentuh sesuatu yang substansial," ujar Adi saat dimintai konfirmasi, Senin (7/8/2023).

Baca juga: Anies Singgung Ada Pejabat Punya Banyak Sekali Kedudukan, Potensi Konflik Kepentingan

Adi menyampaikan, apa yang Anies lakukan jelang Pilpres 2024 ini berbeda dengan yang Anies lakukan pada Pilgub DKI Jakarta 2017.

Menurut dia, Anies saat itu sangat mencolok sehingga berbeda dari dua calon lainnya, yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Pada 2017, pasangan Anies-Sandiaga Uno memang keluar sebagai pemenang di Pilgub DKI Jakarta.

"Misalnya Anies tolak reklamasi, tolak penggusuran, jualan program OKE-OCE, DP rumah nol persen, dan lain-lain, meski dalam praktiknya tak sepenuhnya terwujud. Tapi sebagai pembeda dengan yang lain, jualan isu Anies di Jakarta saat itu sangat laku," tutur dia.

Adi menilai, Anies belum mencolok seperti itu menjelang Pilpres 2024 ini.

Sebagai kubu perubahan, seharusnya Anies bisa menunjukkan jenis "kelamin" politik yang berbeda dengan Prabowo dan Ganjar.

Baca juga: Saat Anies Kembali Sampaikan Narasi Perubahan yang Dinilai Tak Efektif Dongkrak Suaranya...

Misalnya, kata Adi, Anies bisa saja menolak melanjutkan Ibu Kota Nusantara (IKN) karena dinilai ugal-ugalan, tak lagi fokus pada insfrastruktur, dana infratruktur dialihkan pada sektor lain yang lebih berguna untuk rakyat kecil, menolak utang luar negeri, hingga mengurangi ketergantungan dengan China.

Sementara itu, Adi tidak menampik adanya pengaruh endorsement Presiden Joko Widodo dalam meningkatkan elektabilitas capres.

"Faktor kepuasan terhadap Jokowi yang tinggi turut mempersempit pasar pemilih Anies. Semakain publik puas ke Jokowi, makin susah bagi Anies nyari pemilih," kata Adi.

"Sebaliknya, makin rendah kepuasaan terhadap Jokowi, makin luas kesempatan dapat pemilih. Karenanya, Anies harus bisa men-downgrade Jokowi sambil menawarkan sesuatu yang kelihatan lebih baik," kata dia.

Baru-baru ini, lembaga survei Indikator Politik Indonesia mengeluarkan hasil survei capres terbaru.

Hasilnya, Prabowo berada di peringkat teratas dengan 31,6 persen, Ganjar mengantongi 31,4 persen, sedangkan Anies 17,6 persen.

Baca juga: PDI-P Nilai Anies Tak Paham Kebijakan Jokowi

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Nasional
Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com