Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah tentang Coretan-coretan di Teks Proklamasi...

Kompas.com - 01/08/2023, 15:54 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bukan tanpa sebab naskah asli Proklamasi “dihiasi” sejumlah coretan. Rupanya, ada cerita menarik di balik goresan-goresan itu.

Sejarah mencatat, teks Proklamasi lahir dari buah pemikiran Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo.

Kalimat pertama yang berbunyi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia” sengaja dipetik dari bagian terakhir alinea ketiga Pembukaan Undang Undang Dasar 1945.

Baca juga: Hubungan Proklamasi dengan Pembukaan UUD 1945

Alinea ketiga Pembukaan UUD 1945 tersebut berbunyi, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini, kemerdekaannya”.

Sementara, kalimat kedua teks Proklamasi merupakan gagasan Bung Hatta.

Coretan

Naskah Proklamasi dirumuskan di kediaman Laksamana Maeda yang terletak di Jalan Imam Bonjol Nomor 1 (ketika itu disebut Jalan Miyakodoori), Menteng, Jakarta Pusat.

Jumat, 17 Agustus menuju dini hari, langit masih gelap ketika Soekarno, Hatta, Soebardjo, dan beberapa orang lainnya berkumpul di rumah itu.

Dikisahkan oleh Soebardjo kepada Harian Kompas, 16 Agustus 1969, sebelum menuliskan kalimat pertama teks Proklamasi, Soekarno bertanya ke dirinya mengenai bunyi Pembukaan UUD. Ketika itu, UUD baru berupa rancangan dan belum disahkan.

Baca juga: Sejarah Bendera Merah Putih, dari Masa Kerajaan hingga Proklamasi

“Ya, saya ingat, tetapi tidak semua kalimat-kalimat-kalimatnya,” ucap Soebardjo ke Soekarno saat itu.

“Tidak apa, yang kita perlukan hanya frasa yang relevan mengenai Proklamasi, bukan seluruh teks,” jawab Soekarno.

Soebardjo lantas mendiktekan kalimat pertama dalam Pembukaan UUD tersebut, sedangkan Soekarno menulisnya.

Selesai menulis, Soekarno yang saat itu duduk di hadapan Soebardjo membacanya keras-keras.

Hatta yang juga menyimak Soekarno langsung memberikan tanggapan. Katanya, kalimat itu belum cukup mewakilkan deklarasi kemerdekaan.

“Ini tidak cukup, ini pernyataan abstrak tanpa isi. Kita harus merealisasikan dengan konkrit kemerdekaan kita, dan itu tidak dapat kita lakukan tanpa kekuasaan di tangan kita,” ucap Hatta.

“Kita harus menambahnya dengan ide pemindahan kekuasaan dari Jepang ke tangan kita,” lanjutnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com