Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Prabowo Serahkan Penentuan Cawapres ke Muhaimin, Pengamat Nilai Itu sebagai Garansi Politik

Kompas.com - 11/07/2023, 12:16 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menilai, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto ingin memberikan rasa aman kepada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) untuk menentukan cawapres.

Adi menduga mandat tersebut adalah garansi politik yang Prabowo berikan supaya Muhaimin tidak lagi bermanuver.

"Ini kan semacam garansi politik yang diberikan oleh Gerindra oleh Prabowo bahwa Cak Imin itu jangan lagi bermanuver, jangan lagi genit, jangan lagi main mata dengan yang lain. Garansinya adalah persoalan pencawapresan sepenuhnya mandatnya diberikan kepada Cak Imin," ujar Adi saat dimintai konfirmasi, Senin (10/7/2023).

Baca juga: Wanti-wanti PDI-P untuk Effendi Simbolon Usai Sebut Prabowo Cocok Nakhodai RI

Adi mengatakan, langkah tersebut bisa memberikan rasa nyaman kepada PKB.

Namun demikian, cawapres yang akan mendampingi Prabowo di Pilpres 2024 belum tentu Muhaimin selaku pemegang keputusan. Bisa saja Muhaimin menunjuk orang lain selain dirinya menjadi cawapres.

Hanya saja, menurut Adi, Muhaimin pasti akan menunjuk dirinya sendiri sebagai cawapres.

"Publik merasa mandat pencawapresan yang juga diserahkan kepada Cak Imin pastinya akan diambil oleh Cak Imin. Dan tidak mungkin akan diberikan kepada orang lain," tuturnya.

Lalu, Adi menilai pertemuan Prabowo dan Muhaimin yang mendadak terjadi pada Minggu (9/7/2023) merupakan upaya Gerindra dalam memagari Muhaimin supaya tidak pindah ke lain hati.

Dia yakin Gerindra ingin iman politik PKB tetap bersama Gerindra di Pilpres 2024.

"Karena sangat kelihatan PKB itu mulai gelisah, mulai galau, karena Cak Imin tidak kunjung diumumkan sebagai pendamping Prabowo Subianto," kata Adi.

Baca juga: PKB Bilang Prabowo Serahkan Urusan Cawapres ke Cak Imin

Adi menekankan dirinya sudah tidak heran dengan PKB yang terlihat bermanuver mendekati partai lain, salah satunya PDI-P.

Menurutnya, apa yang PKB lakukan itu merupakan bentuk pesan politik ke Gerindra bahwa peluang PKB berpindah hati masih ada jika Muhaimin terus dibiarkan menggantung.

"Tidak mengherankan kalau PKB itu kelihatan bermanuver, misalnya mulai membuka komunikasi politik dengan PDI-P, beberapa waktu yang lalu buka komunikasi dengan Golkar dan Demokrat misalnya," jelasnya.

"Karenanya, supaya PKB tidak bermanuver gitu, tidak pindah ke lain hati, pertemuan itu dilakukan secara tiba-tiba dan mendadak. Kan pesan politik itu yang sebenarnya ingin disampaikan dalam pertemuan itu," imbuh Adi.

Adapun pertemuan Prabowo dan Muhaimin itu berlangsung selama tiga jam.

Mereka turut membahas mengenai simulasi capres-cawapres Pilpres 2024, meski belum menetapkan siapa capres-cawapres dari Koalisi Gerindra-PKB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Nasional
Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com