Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerindra: Kita Kalah di Pilpres 2014 dan 2019 Saja Bisa Senangkan Semua Pihak, apalagi Menang

Kompas.com - 10/07/2023, 11:55 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman mengeklaim bahwa pihaknya masih bisa tetap menyenangkan para partai pendukung ketika kalah pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019.

Habiburokhman mengatakan Gerindra bisa memberikan coattail effect (efek ekor jas) ke para pendukung secara adil.

Mulanya, Habiburokhman berbicara mengenai penetapan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang terkesan rumit.

Dia mengatakan, publik melihat seolah-olah para partai berebutan ingin capres atau cawapres pilihan mereka lah yang ditunjuk untuk maju ke kontestasi pilpres.

"Jadi soal pilpres, capres-cawapres ini sekarang saja kelihatan rumit ya, seolah-olah masing-masing ngotot. Padahal kita percaya kedewasaan elite-elite kita," ujar Habiburokhman saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (10/7/2023).

Baca juga: Di Halaman Rumah Muhaimin, Prabowo Sebut Gerindra-PKB Sudah Teken Kesepakatan Politik

Habiburokhman lantas mencontohkan dengan penetapan capres-cawapres pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019.

Menurut dia, penetapan yang awalnya rumit bisa menjadi sederhana.

Misalnya pada tahun 2014, poros yang Gerindra bentuk didukung oleh sejumlah partai di parlemen. Namun, pada akhirnya, capres dan cawapres hanya berasal dari dua partai, yakni Prabowo Subianto (Gerindra) dan Hatta Rajasa (PAN).

Hal yang sama juga terjadi pada Pilpres 2019, di mana penetapan capres-cawapres berjalan dengan alot.

"2019 kami diajukan oleh tiga partai politik. Pada awalnya tentu agak alot juga capres dan cawapres. Tetapi akhirnya, justru capres dan cawapres diajukan hanya dari satu partai kan, Pak Prabowo dan Pak Sandi. Waktu itu kan Sandi masih kader Gerindra," tuturnya.

Habiburokhman meminta untuk melihat bahwa mereka memang mengalami situasi yang rumit di awal. Hanya saja, pada akhirnya mereka bisa menciptakan kesepakatan yang menyenangkan dan memuaskan semua pihak.

"Dalam konteks koalisi, semua partai koalisi kemarin itu all out, berjuang memenangkan Pak Prabowo, walaupun akhirnya diserahkan ke Yang Maha Juasa," jelas Habiburokhman.

Baca juga: PDI-P Sebut Baliho Prabowo-Jokowi untuk Raup Suara, Gerindra: Bukan dari Kami

Lalu, terkait efek ekor jas, Habiburokhman menegaskan, partai yang mengusung capres-cawapres tidak melulu mendapat efek ekor jas yang paling masif.

Dia menyebutkan, pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019, Gerindra berbagi efek ekor jas ke semua partai pendukung meski mereka kalah.

Maka dari itu, Habiburokhman mengatakan, Gerindra tetap bisa menyenangkan semua pihak meski kalah.

"Itu kita kalah saja, kita bisa bikin skema yang win-win solution, yang menyenangkan semua pihak. Insya Allah apalagi kita menang. Tentu lebih mudah lagi ya kita jalin kerja sama yang menyenangkan semua pihak," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Nasional
Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com