DUA ribu kilometer dari Indonesia, nun di sebelah timur Madagaskar, terdapat negara kepulauan bernama Mauritius. Terdiri dari kumpulan pulau vulkanik dengan segala keindahan alamnya, yang hampir mirip dengan negara kita.
Inilah negara terkuat dan terkaya di Afrika, dengan pendapatan penduduk per kapita 19.600 dollar AS. Padahal mereka tak memiliki minyak dan mineral untuk ditambang.
Namun negara mungil ini sanggup menyediakan pendidikan gratis hingga jenjang perguruan tinggi, termasuk transportasi dari rumah ke semua sekolah.
Pendidikan adalah pelayanan yang disediakan pemerintah Mauritius untuk rakyat secara cuma-cuma dan tidak seperti barang yang diperjualbelikan.
Tersedia juga layanan medis gratis bagi setiap penduduknya, termasuk operasi bedah jantung yang memerlukan biaya besar.
Di sini, tidak ada bisnis untuk urusan kesehatan rakyat. Perkara tempat tinggal, 90 persen penduduknya sudah memiliki rumah sendiri.
Tidak ada keluarga tunawisma, atau keluarga yang mengeluhkan harga tanah dan properti yang tinggi.
Memang tak sepadan membandingkan Indonesia dengan Maurutius, yang luas total wilayahnya sekitar 2.040 kilometer persegi atau sekitar 790 mil persegi.
Sementara kepulauan Indonesia membentang dengan luas 1.904.569 kilometer persegi atau sekitar 735.358 mil persegi.
Hal menarik lain dari Mauritius, Presiden Dr. Ameenah Gurib-Fakim, doktor di bidang kimia organik, punya ujaran yang cukup terkenal di sana, “Dunia politik yang memilihku, bukan aku yang memilihnya.”
Berbanding terbalik dengan situasi di negara kita, di mana oknum para pejabatnya berharap dipilih oleh rakyat, dan setelah menjabat, mereka sibuk dengan urusannya sendiri.
Sebagai bangsa yang hidup dalam sebuah negara, maka dalam skala kepemimpinan nasional, bangsa Indonesia takkan lepas dari sistem yang telah disepakati bersama dalam menjaring calon pemimpin nasional yang akan menentukan arah masa depan.
Oleh karena bangsa ini telah menyepakati sistem demokrasi dalam memilih para calon pemimpin nasionalnya, maka sudah tentu rakyat Indonesia harus cerdas dan jeli dalam mencari para calon pemimpin.
Harapannya, masa depan kita mendapat gambaran keadaan yang jelas apabila para pemimpin yang dipilih itu, dapat menjalankan amanah rakyat dan sesuai dengan keinginan masa depan kehidupan berbangsa dan bernegaranya.
Tentu tidak salah, apabila sebagai anak bangsa yang baik, kita memiliki kriteria pemimpin nasional yang diidamkan sesuai adicita bersama.
Bangsa ini jelas berharap, bahwa calon pemimpin nasional yang terpilih nanti akan berpihak pada tujuan dan kepentingan nasional negeri ini secara selaras, tidak menyimpang dari apa yang sudah diputuskan, dan bertanggungjawab dengan kepribadian yang bijaksana.
Walaupun tentu saja, memilih pemimpin yang berkriteria seperti itu, bisa menjadi suatu proses yang teramat pelik. Nyaris seperti mencari jarum dalam sekam.
Untuk menentukannya, menurut pandangan saya, terdapat beberapa kriteria yang dapat dijadikan tolok ukur sebagai pertimbangan.
Kesatu, berintegritas. Calon pemimpin harus memiliki integritas yang tinggi dan senantiasa bersikap jujur, adil, dan transparan dalam tindakan dan keputusannya.