Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indopol: Deklarasi Ganjar sebagai Capres Telat, Tak Ciptakan Momentum Besar

Kompas.com - 20/06/2023, 22:48 WIB
Vitorio Mantalean,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indopol Survey and Consulting Ratno Sulistiyanto menilai bahwa pengumuman Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden oleh PDI-P terlambat.

Pernyataan ini berangkat dari hasil survei teranyar Indopos yang dilakukan pada 5-11 Juni 2023.

Survei itu menempatkan Ganjar dalam posisi kedua tokoh politik dengan elektabilitas terkuat sebagai calon presiden 2024-2029 di bawah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

"Ganjar telat. Momentum deklarasi Ganjar sebagai bakal capres PDI-P pada 21 April 2023 tidak menciptakan momentum besar sebagaimana diharapkan," kata Ratno dalam keterangannya, Selasa (20/6/2023).

"(Ganjar) tersalib Prabowo yang tanpa deklarasi," ujar dia.

Baca juga: Survei Indopol: Elektabilitas Prabowo, Ganjar, dan Anies Bersaing Ketat

Dalam simulasi 3 nama capres, Prabowo berhasil meraup tingkat keterpilihan 31,21 persen.

Sementara itu, Ganjar di posisi kedua memperoleh tingkat keterpilihan 30,48 persen.

Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan masih ada di posisi ketiga dengan perolehan elektabilitas 26,53 persen.

Sementara itu, dalam simulasi 13 nama, elektabilitas ketiganya bersaing lebih ketat tetapi masih menunjukkan klasemen yang sama, yakni Prabowo (28,79 persen), Ganjar (27,5 persen), dan Anies (23,87 persen).

"Prabowo come back. Setelah terpuruk pada Juni 2022, elektabilitas Prabowo melaju cepat ke puncak elektabilitas pada Juni 2023," kata Ratno.

"Situasi ini mengembalikan kejayaan Prabowo pada November 2021," ujar dia.

Baca juga: Anies Baswedan, Hasil Survei, dan Problem Komunikator

Survei yang sama juga mengungkap bahwa tingkat kepuasan terhadap kinerja Joko Widodo dan Ma'ruf Amin masih tinggi, dengan approval rate mencapai 75 persen, terdiri dari 67,58 persen responden merasa puas dan 7,42 persen merasa sangat puas dengan kinerja keduanya.

Selain itu, survei terkini Indopos mengungkap bahwa terjadi efek ekor jas dalam elektabilitas partai politik dari bakal calon presiden yang mereka usung.

Efek paling kentara terlihat pada elektabilitas Partai Nasdem yang menyentuh 12,66 persen di posisi ketiga, menguntit PDI-P (25,56 persen), dan Gerindra (24,27 persen).

Indopol menyebut, margin of error survei ini lebih kurang 2,85 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Pengambilan sampel dengan cara multistage random sampling. Responden berjumlah 1.240 orang dan diklaim tersebar secara proporsional di 38 provinsi.

Indopol mengaku melakukan wawancara tatap muka melalui surveyor yang telah dilatih dan responden disebut telah merefleksikan laki-laki/perempuan dan berbagai jenis profesi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain di Pilgub Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain di Pilgub Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com