JAKARTA, KOMPAS.com - Satelit Republik Indonesia (Satria)-1 resmi diluncurkan dari landasan Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS), Senin (19/6/2023) pukul 05.21 WIB.
Satelit diluncurkan menggunakan roket Falcon 9 buatan perusahaan Space Exploration Technologies Corporation (SpaceX) milik miliarder Elon Musk.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) sekaligus Plt Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Mahfud MD mengatakan, Satria-1 diluncurkan untuk meratakan akses internet di Tanah Air.
Baca juga: Satelit Satria 1 Diluncurkan, Pempov Babel Harap 39 Titik Blank Spot Teratasi
“Fungsi Satria 1 ini adalah untuk meratakan akses internet, terutama untuk keperluan pendidikan, kesehatan, layanan publik untuk masyarakat, untuk TNI, Polri, di seluruh wilayah Tanah Air, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terpencil,” kata Mahfud dalam keterangannya melalui video, Senin kemarin.
Satria-1 ditargetkan beroperasi penuh mulai Januari 2024. Satelit ini merupakan satelit multifungsi pertama milik pemerintah dengan kapasitas terbesar di Asia.
Mahfud mengatakan, Satria-1 akan difokuskan untuk sektor pelayanan publik di wilayah terpencil, terluar, dan tertinggal (3T).
“Terutama itu tadi, untuk sekolah, rumah sakit, kantor-kantor pemerintah di tempat terpencil, kemudian di pos-pos Polri dan TNI di berbagai daerah terpencil, terluar, dan tertinggal,” kata Mahfud.
Plt Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo Arief Tri Hardiyanto, mengharapkan agar Satria-1 menempati orbit dan beroperasi dengan baik.
Arief mengatakan, satelit Satria-1 akan bergerak menempati orbit pada 146 derajat Bujur Timur yang berada di atas langit Papua.
Baca juga: Satelit Satria-1 Diluncurkan, Pemprov Kepri: Akhirnya Keterbatasan Internet di Daerah 3T Teratasi
"Semoga seluruh tahapan berjalan lancar hingga nanti bisa menempati orbit pada bulan November 2023,” kata Arief dikutip dari keterangan pers, Senin kemarin.
Arief melanjutkan, selama perjalanan menuju orbit itu diharapkan satelit Satria-1 dalam kondisi baik hingga masa uji coba sebelum digunakan secara menyeluruh.
Ia menyampaikan, kondisi satelit akan terus dipantau oleh produsennya yang berada di Perancis, Thales Alenia Space, untuk memastikan seluruh perangkat bisa berfungsi dengan baik.
"Mudah-mudahan semua perangkat yang ada di Satria-1 dapat bekerja dengan baik solar cell dan antenanya. Dan bisa terkendali dari stasiun bumi," ucap Arief.
Mahfud menegaskan bahwa Satria-1 tetap bisa beroperasi tanpa adanya base transceiver station (BTS) 4G.
Ia mengatakan, proyek Satria-1 tidak terkait dengan kasus dugaan korupsi pengadaan BTS 4G BAKTI Kominfo yang menjerat mantan Menkominfo, Johnny Gerard Plate.
"Sekali lagi saya tegaskan ini tidak ada hubungannya dengan kasus BTS 4G," kata Mahfud.
Baca juga: Satelit Satria-1 Diluncurkan, Pemprov Papua Ingin Buka Wilayah Terisolasi
Mahfud melanjutkan, proyek Satria-1 terpisah dari pengadaan BTS 4G, dan tetap bisa digunakan karena memiliki tujuan berbeda.
"Saya ingin membantah pendapat yang mengatakan Satria-1 ini tidak ada gunanya karena jaringan di Bumi itu tidak bisa tersedia berhubung adanya kasus BTS 4G yang sekarang ditangani Kejaksaan Agung," ucap Mahfud.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.