JAKARTA, KOMPAS.com - Calon Presiden (capres) yang dapat merebut suara elemen buruh dinilai berpeluang memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menanggapi dukungan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) terhadap bakal capres Ganjar Pranowo.
Menurut Umam, dukungan KSPSI terhadap Ganjar akan memberikan insentif elektoral dalam Pilpres 2024.
Sebab, elemen buruh dan pekerja menjadi salah satu kelompok masyarakat yang segmentasinya cukup besar.
"Karena itu, siapa pun Capres yang bisa memenangkan suara buruh, maka ia berpeluang menang," kata Umam kepada Kompas.com, Selasa (2/5/2023).
"Sebab, suara buruh adalah representasi kelompok masyarakat menengah-bawah yang jumlahnya bisa mencapai 70 persen daftar pemilih tetap," sambung dia.
Baca juga: Tolak UU Cipta Kerja tapi Dukung Ganjar, KSPSI: Kenapa Kami Harus Benci Dia?
Meski demikian, Umam menyebut dukungan KSPSI terhadap Ganjar bukan berarti arus besar suara buruh akan benar-benar mendukung Ganjar.
Alasannya tak lain karena terdapat cukup banyak faksi-faksi dalam elemen buruh itu sendiri.
Oleh karena itu, suara buruh berpotensi terbelah.
Mengingat, Ganjar yang menjadi representasi dari narasi keberlanjutan pemerintahan Jokowi berpeluang dibenturkan dengan realitas politik yang menunjukkan kekuatan politik pendukung Ganjar diisi oleh mereka yang selama ini ikut merumuskan Undang-Undang Cipta Kerja.
Baca juga: KSPSI All Out Dukung Ganjar Jadi Capres karena Berani Dialog dengan Buruh
Apalagi, UU Cipta Kerja selama ini juga dinilai merugikan nasib dan kepentingan buruh serta tenaga kerja di Indonesia.
"Sehingga, dukungan politik KSPSI terhadap kekuatan yang selama ini menyukseskan UU Ciptaker, justru bisa dinilai oleh para buruh di akar rumput sebagai wujud inkonsistensi politik elite yang mengatasnamakan kaum buruh itu sendiri," tegas Umam.
Di sisi lain, Umam menilai, Ganjar terkesan setengah hati untuk menerima dukungan dari KSPSI.
Hal ini terlihat dari tak hadirnya Ganjar ketika diundang dalam peringatan May Day, Senin (1/5/2023).
Umam menyebut tak hadirnya Ganjar dalam undangan tersebut memperlihatkan adanya kegamangan dari sosok Gubernur Jawa Tengah tersebut.