Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P Buka Sinyal Kerja Sama Politik dengan PPP Usai Usung Ganjar Capres

Kompas.com - 26/04/2023, 18:12 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menyambut positif dukungan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, partainya pun membuka sinyal bagi PPP untuk kerja sama politik Pemilu 2024.

"Dengan penjelasan di atas, maka kerja sama dengan PPP sangat positif, dan semakin memperkuat energi kemenangan Pilpres 2024," kata Hasto kepada Kompas.com, Rabu (26/4/2023).

Hasto mengungkapkan, kedua partai memiliki rekam jejak yang sama, yaitu kesesuaian historis.

Baca juga: Setelah Usung Ganjar Capres, PPP Minta Jatah Cawapres

Selain itu, akar pembentukan PPP juga dianggap memiliki rekam jejak sejarah perjuangan Kemerdekaan Indonesia.

"Dari akar pembentukannya, PPP merupakan fusi dari Partai Nahdatul Ulama (NU), PERTI, PSII, dan PARMUSI," ujar Hasto

"Kesemuanya memiliki rekam jejak sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan NU, kedekatan secara ideologis, kultural dan basis pemilih menjadikan NU dan PDI Perjuangan memiliki ikatan persaudaraan kebangsaan," katanya lagi.

Di luar itu, Hasto mengungkapkan, kedua partai juga memiliki nasib yang sama pada masa Orde Baru.

Saat itu, PPP dan PDI-P disebut menjadi representasi partai tertindas.

"Sehingga terbangun emotional bonding di antara kedua partai dalam suatu hubungan yang unik, yang disatukan oleh perasaan senasib sepenanggungan," ujarnya.

Baca juga: Setelah PPP Usung Ganjar Capres, Mardiono Akan Temui Megawati dan Jokowi

"Karena itulah tidak heran, ketika PDI Pro Megawati tidak bisa ikut Pemilu pada tahun 1997, muncul gerakan arus bawah ‘Mega Bintang’. Kesemuanya menunjukkan bahwa PDI Perjuangan dan PPP digembleng oleh sejarah, telah melewati pahit getirnya politik," kata Hasto lagi.

Hasto mengatakan, usai reformasi, kerja sama PDI-P dan PPP terus berlanjut hingga Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz menjadi Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih oleh MPR.

Kerja sama tokoh PDI-P dan PPP itu dinilai berjalan baik bagi pemerintahan saat itu.

"Demikian pula dengan Almarhum Mbah Maimoen. Komunikasi Ibu Mega dan Mbah Maimoen sudah masuk dalam hubungan batin, menggunakan alam pikir dan rasa yang berpadu karena kesadaran historis dan arah bagi kepentingan masa depan bangsa," kata Hasto.

Demikian halnya, menurut Hasto, ditinjau dari aspek elektoral, kerja sama dengan PPP akan memperluas basis pemilih dan mencerminkan gambaran Indonesia.

Baca juga: PPP Resmi Dukung Ganjar sebagai Capres, Apa Alasannya?

Halaman:


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com