Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Sambernyawa Menggugat Indonesia

Kompas.com - 16/03/2023, 14:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI BULAN Maret2023 ini, untuk kesekian kalinya saya membaca buku berjudul “Sambernyawa menggugat Indonesia”.

Di halaman 33 sampai 98 buku ini, penulisnya, mengingatkan para pembacanya agar mewaspadai adanya usaha akal-akalan memperpanjang masa jabatan presiden lebih dari dua periode.

Penulisnya juga mengkumandangkan bahaya stabilitas dan kemampanan korupsi di Indonesia yang disertai bahaya kenikmatan kursi kekuasaan, bahaya KKN (Kolusi, korupsi dan nepotisme), serta bahaya feodalisme gaya baru.

Penulis dalam buku terbitan 2011, Soeryo Soedibyo Mangkoehadiningrat, antara lain menunjukan kekuasaan itu kenikmatan yang membahayakan.

Oleh karena itu, setelah gerakan reformasi yang menumbangkan Soeharto dari kursi kepresidenan, memunculkan konstitusi yang membatasi masa jabatan presiden dua periode saja.

Namun, kata buku ini, walau masa jabatan presiden telah dibatasi dua periode, perlu diwaspadai terhadap segala upaya untuk mengakali ketentuan konstitusi ini. Upaya licik ini akan terus berlangsung.

Kalau boleh saya komentar ini terjadi sampai saat ini. Usaha akal-akalan yang licik ini adalah untuk memapankan ambisi sang penguasa mengkekalkan kuasanya.

Akal licik itu, antara lain dilakukan dengan merekayasa secara canggih pemilihan di daerah yang menghasilkan anak, menantu, istri atau bahkan istri muda jadi penguasa. Demokrasi dijadikan topeng cantik atas usaha munafik tersebut.

Cara berbau nepotisme ini tentu hanya salah satu cara licik di antara puluhan cara licik lainnya.

Tentu ada cara dengan pengumpulan massa, survei yang direkayasa secara canggih, memviral big data semu, pengerahan para ponggawa penjilat menyerukan perpanjangan masa jabatan dan pembangunan proyek-proyek mercusuar serta aksi-aksi busuk lainnya.

Nikmat kekuasaan membuat penguasa selalu terlena hingga merasa bahwa negara atau daerah hanya milikinya sendiri…..Nikmat kekuasaan membuat lupa ia presiden bukan raja,” demikian kata penulis buku itu di halaman 93.

Dalam buku ini juga dituliskan, saat ini, banyak pengusaha membangun usahanya dengan cara-cara KKN.

Buku ini juga mengatakan, kecemasan pada era sekarang ini adalah selain politik transaksional kian menguat, kehadiran karakter feodalisme baru, dalam ranah politik nasional atau lokal semakin tampak vulgar.

Republik ini tidak akan beranjak menjadi negara demokratis karena kultur politiknya yang dibangun semata-mata melanjutkan tradisi politik feodal yang diwarisi dari masa lalu (kerajaan),” kata buku setebal 107 halaman ini.

Saya sering mendengar nama Sambernyawa yang banyak disebut oleh beberapa orang Solo sebagai Pangeran Gunung Lawu ini, dari pidato atau uraian panjang lebar secara lisan maupun tertulis Soeharto (presiden kedua RI). Soeharto sangat memuja Pangeran Sambernyawa ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com