MUKTAMAR Pemikiran Buya Syafii Maarif yang digelar oleh Maarif Institute pada 12 November 2022, di Surakarta, Jawa Tengah, menjadi ikhtiar merawat warisan pemikiran guru bangsa kepada anak muda.
Ahmad Syafii Maarif atau yang dikenal Buya Syafii wafat pada usianya ke 87 tahun.
Kematiannya tentu sangat mengejutkan kita semua. Siapa yang tidak merasakan kehilangan sosok teladan yang sederhana, seia sekata antara perkataan dan perbuatan, bersahaja serta mewakafkan hidupnya untuk kemanusiaan.
Setiap kali Buya berulang tahun, penulis selalu menorehkan tulisan dalam bentuk artikel yang dikirimkan kepada media.
Terakhir, saat ulang tahun Buya ke 86, bersama 30 aktivis perempuan lainnya membuat sebuah buku yang berjudul “Ibu Kemanusiaan”. Kado ulang tahun yang dipersembahkan untuk Buya.
Bahkan, Buya juga ikut menghadiri dan memberikan tanggapan atas terbitnya buku tersebut. Siapa sangka, goresan pena itu adalah tulisan yang terakhir dibaca oleh Buya.
Semangat Buya seperti kaum muda. Bagi Buya, menua adalah keniscayaan, tetapi menjadi tua, sehat dan selalu produktif dengan karya adalah pilihan.
Kiprah Buya Syafii Maarif sudah melampaui batas-batas negara sebagai sebuah institusi politik dan melampaui lintas agama, di mana penulis menyaksikan betul semua agama dan lembaga-agama juga mengakuinya.
Buya Syafii memiliki pandangan agar Islam yang berkembang di Indonesia adalah Islam yang terbuka, inklusif, dan memberi solusi pada masalah besar dan negara.
Umat Islam harus bermental terbuka, visioner, optimistis, tidak putus asa, dan tidak bermental minoritas.
Di tengah kondisi keagamaan yang sedang mengalami kedangkalan hidup, Buya Syafii merupakan sosok yang memiliki kedalaman intelektual, spritual, dan sosial.
Buya memperlihatkan diri sebagai pribadi yang tidak tergoda untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Pemikiran-pemikiran Buya selalu relevan dalam berbagai konteks. Generasi milenial digiring untuk memiliki perspektif, sikap, dan pendirian yang relatif sama dengan Buya dalam memotret berbagai dinamika dan perubahan isu di Indonesia.
Buya memberikan pesan agar generasi muda harus menjadi jangkar bagi penyemaian berbagai ide dan gagasan di masyarakat lebih luas.
Dalam menghadapi suatu persoalan, Buya lebih mengedepankan rasionalitas dengan pendekatan dialog, bukan emosional.