Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Komnas HAM soal Lipatan Kertas yang Ditutupi Saat Konferensi Pers

Kompas.com - 29/07/2022, 15:18 WIB
Singgih Wiryono,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) M Choirul Anam meminta masyarakat menonton video konferensi pers perkembangan penyelidikan kasus Brigadir J pada Rabu (27/7/2022) secara utuh untuk menghindari informasi yang tidak utuh yang tersebar di media sosial.

Hal tersebut dia sampaikan menanggapi isu pemotongan video konferensi pers yang memperlihatkan Anam memegang kertas besar dengan cara melipat sebagian yang dinarasikan sebagai sikap Komnas HAM yang tidak transparan.

Baca juga: Pengacara Brigadir J Minta Hasil CCTV Diperlihatkan, Komnas HAM Jawab Begini

"Lihat (video secara) lengkap," kata Anam saat dihubungi melalui pesan singkat, Jumat (29/7/2022).

Adapun dalam video lengkap, Anam memberikan penjelasan kertas yang dia pegang adalah catatan penyelidikan yang masih mentah dan harus dianalisis.

Kertas tersebut merupakan rekaman data cell dump yang berisi banyak nomor ponsel warga di sekitar lokasi peristiwa penembakan, sehingga tak mungkin untuk dipublikasikan secara langsung.

Baca juga: Soal Baku Tembak, Komnas HAM Sebut Bharada E Mengaku Merespons Brigadir J

"Rekan-rekan semuanya, itu bahan raw material yang nanti kami analisis untuk menentukan titik-titik mana komunikasi awal yang terjadi di wilayah-wilayah yang terekam dalam cell dump," ujar Anam.

"Kalau ini dipublikasi ya jangan, nanti setelah kesimpulan kita, akhir laporan pasti kita akan bilang. Tapi, sekarang tidak cukup kepentingan (memublikasikan) bagaimana proses membuat terangnya peristiwa," kata dia dalam video lengkapnya.

Anam juga menjelaskan, cell dump yang dia dapatkan dari tim digital forensik Mabes Polri merupakan data komunikasi dalam bentuk digital.

Baca juga: Komnas HAM Ingin Klarifikasi Temuan kepada Irjen Sambo dan Istri

Data tersebut tidak memuat percakapan langsung dengan bahasa manusia, tetapi komunikasi yang terjadi antara teknologi dan teknologi.

"Itu komunikasi antara teknologi dengan teknologi, bukan orang dengan orang. Jadi itu jaring laba-laba, siapa menghubungi siapa, dan siapa terhubung dengan siapa ada di situ," ucap Anam.

Sebelumnya, akun Twitter @kr1t1kp3d45_pro mengunggah sebuah video yang memperlihatkan Komisioner Komnas HAM memegang kertas dengan cara melipat sebagian permukaannya.

Baca juga: Usut Senjata dalam Penembakan Brigadir J, Komnas HAM Pastikan Ada Uji Balistik

Dalam video yang diunggah pada 28 Juli pukul 08.21 WIB tersebut dinarasikan Komnas HAM tak mau terbuka atas penyelidikan kasus yang menewaskan Brigadir J.

"Mereka Semua Pemain Sinetron, Tidak Mau Terbuka & Transfaran ?? Bharada E pun Ketika Di Tanya Wartawan BUNGKAM ?? Drama Komnas HAM ????" tulis akun tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com