MAKKAH, KOMPAS.com - Cuaca terik di Arab Saudi diperkirakan bakal memengaruhi kondisi fisik para jemaah haji Indonesia, termasuk timbulnya gangguan pada kulit.
Suhu di kawasan Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) pada puncak ibadah haji tahun ini diperkirakan bisa mencapai di atas 45 derajat Celcius.
Selain dehidrasi, suhu panas dengan tingkat kelembaban yang rendah di Arab Saudi juga dapat menimbulkan berbagai permasalahan kulit jemaah haji.
Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) menjelaskan beberapa jenis gangguan pada kulit yang dialami oleh jemaah akibat suhu tinggi. Gangguan itu antara lain jemaah mengalami kondisi kulit kering dan pecah-pecah, yang pada akhirnya menimbulkan rasa tidak nyaman seperti perih atau gatal.
Baca juga: Penuhi Undangan Raja Salman, Wapres Bertolak ke Arab Saudi untuk Ibadah Haji
Bahkan gangguan pada kulit itu dapat mengarah pada terjadinya penyakit, atau memperparah kondisi kesehatan jemaah yang sebelumnya memiliki riwayat diabetes.
Menurut dokter spesialis dermatologi dan venereologi KKHI Makkah, dr. Milany Harirahmawati, penyakit kulit yang sering dialami oleh jemaah haji di antaranya xerosis kutis, dermatitis atopik, dan selulitis, dalam keterangan pers Kementerian Kesehatan, Selasa (5/7/2022).
Penyakit kulit itu, kata Milany, dapat dicegah dengan senantiasa menjaga tingkat kelembaban kulit.
Milany menjelaskan orang yang mengidap xerosis kutis memiliki ciri-ciri kulit kasar saat diraba, kering, terlihat bersisik, dan pecah-pecah.
Menurut Milany, jika jemaah mengalami gejala ini maka harus segera memperhatikan kembali asupan cairan yakni air putih.
Selain itu, lanjut Milany, jemaah juga disarankan mengoleskan pelembab dan selalu menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari paparan sinar matahari secara langsung.
Baca juga: Kemenag: Pengelolaan Visa Haji Mujamalah Kewenangan Arab Saudi
"Jemaah disarankan senantiasa memperhatikan tiga hal ini untuk menjaga kesehatan kulitnya selama di tanah suci," kata Milany.
Sedangkan gangguan kulit dermatitis atopik menurut Milany adalah kelainan kulit yang didasari oleh adanya riwayat atopi atau alergi.
Jika jemaah mengalami kasus seperti ini maka yang harus dilakukan adalah selain menggunakan pelembab, juga diberikan obat atau zat yang bersifat anti-inflamasi.
"Anti inflamasi ini untuk mengurangi rasa gatal akibat pelepasan histamin dari dalam tubuh yang mengalami alergi," ujar Milany.
Milany mengingatkan kepada para jemaah haji tidak membiarkan kulitnya kering akibat terpapar cuaca terik di Saudi, agar tidak terjadi luka pada kulit yang berakibat timbulnya selulitis.
Baca juga: 46 Jemaah Haji Furoda Dideportasi, Kemenag: PT Al Fatih Belum Memiliki Izin
Selulitis merupakan peradangan jaring sub kutis akibat infeksi bakteri. Menurut Milany, jemaah haji pengidap diabetes lebih rentan mengalami selulitis, terutama bagi yang memiliki komplikasi diabetic foot atau kelainan pada kaki dan tungkai bawah pengidap diabetes.
Jika jemaah pengidap diabetes mengalami luka, maka proses penyembuhannya akan memakan waktu lama dan bisa membuatnya tidak nyaman selama melakukan rangkaian ibadah haji.
"Untuk itu jemaah haji terutama yang memiliki risiko tinggi terhadap terjadi penyakit kulit seperti penderita diabetes dan gangguan imunitas lainnya, harus lebih peduli dengan kesehatan kulitnya. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati," ucap Milany.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.