Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Syaikhona Kholil, Ulama Masyhur Guru Para Pahlawan Nasional

Kompas.com - 09/05/2022, 15:41 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Usulan untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada Syekh Muhammad Kholil bin Abdul Latif atau kerap dikenal dengan nama Syaikhona Kholil atau Syekh Kholil kembali disampaikan.

Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu mengatakan, mereka mengusulkan kepada pemerintah supaya ulama asal Bangkalan, Madura, itu mendapatkan gelar pahlawan nasional. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKS Jawa Timur Irwan Setiawan mengatakan, mereka akan berupaya untuk menyampaikan usulan itu kepada pemerintah.

“Akan terus kami perjuangkan, beliau adalah guru dari para guru dan tokoh bangsa ini. Beliau guru para kiai yang menjadi spirit perjuangan melawan penjajah merebut kemerdekaan Indonesia,” kata Irwan.

Baca juga: PKS Usulkan Syaikhona Kholil Jadi Pahlawan Nasional

Usulan yang sama pernah disampaikan oleh Partai Nasdem pada 2021 silam. Ketua Fraksi Nasdem di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Taufik Basari, saat itu mengatakan, Syaikhona Kholil adalah tokoh yang luara biasa dan berjasa bagi bangsa.

"Karena Syekh Kholil adalah guru dari para pahlawan nasional," kata pria yang akrab disapa Tobas itu pada 15 Oktober 2021.

Riwayat hidup Syaikhona Kholil

Syekh Kholil adalah ulama yang sangat masyhur di Madura. Dia lahir pada sekitar 25 Mei 1835, atau pada 9 Shafar 1252 Hijriah, di Kemayoran, Bangkalan.

Sang ayah adalah Kiai Haji Abdul Latif. Dia adalah anak dari Kiai Hamim yang merupakan anak Kiai Abdul Karim. Kiai Abdul Karim dilaporkan merupakan anak Kiai Muharram bin Kiai Asror Karomah bin Kiai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman merupakan cucu dari Sunan Gunung Jati.

Sedangkan ibunya bernama Syarifah Khodijah. Dia putri dari Kiai Abdullah bin Ali Akbar bin Sayyid Sulaiman.

Baca juga: Gelar Seminar, Nasdem Nilai Syaikhona Kholil Layak Diberi Gelar Pahlawan Nasional

Sejak kecil Syekh Kholil ditempa oleh ayahnya dengan berbagai ilmu dalam lingkungan pesantren. Saat itu Syekh Kholil mendalami ilmu Fikih, yakni salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Allah.

Selain itu, Syekh Kholil juga mempelajari ilmu Nahwu dari sang ayah. Nahwu merupakan salah satu bagian dasar dari ilmu tata bahasa dalam bahasa Arab untuk mengetahui jabatan kata dalam kalimat dan bentuk huruf atau harakat terakhir dari suatu kata. Dengan kata lain, ilmu Nahwu mempelajari struktur kalimat bahasa Arab.

Ilmu Nahwu kerap dipadukan dengan ilmu Shorof yang membahas tentang kata-kata dengan perubahan-perubahannya (tashrif).

Setelah dianggap punya bekal ilmu yang cukup, Kiai Latif mengirim Syekh Kholil mengembara ke berbagai pesantren untuk belajar. Antara lain ke Pesantren Langitan di Tuban, Jawa Timur.

Setelah dari Tuban, Syekh Kholil kembali mengembara ke Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Setelah itu Syekh Kholil kembali belajar di Pesantren Keboncandi, lalu ke Pesantren Sidogiri.

Setelah sekian tahun belajar dari pesantren ke pesantren, Syekh Kholil memutuskan menikah dengan Nyai Asyik yang merupakan putri Lodra Putih pada usia 24.

Baca juga: Temui Menkopolhukam, Nasdem Usulkan Ulama Syaikhoni Kholil Jadi Pahlawan Nasional

Usai menikah, Syekh Kholil kemudian melanjutkan pengembaraannya mencari ilmu ke Makkah. Untuk mencapai Tanah Suci, Syekh Kholil menumpang kapal laut sambil berpuasa.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com