Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arus Balik Lebih Landai Ketimbang Arus Mudik, Imbas WFH dan Tradisi Lebaran Ketupat

Kompas.com - 09/05/2022, 13:09 WIB
Mutia Fauzia,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hingga sepekan setelah Lebaran, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melaporkan, ada 46 persen masyarakat belum kembali ke daerahnya.

Data pemudik yang tak turut serta meramaikan arus balik tersebut diperoleh hingga Minggu (8/5/2022) kemarin.

Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, arus balik yang cenderung lebih landai ketimbang arus mudik lantaran durasi arus balik yang lebih lama serta terdapat tradisi Lebaran ketupat di Pantai Utara Jawa.

Baca juga: Arus Balik Hari Ini Lancar, Polri: Tol Kalikangkung-Palimanan-Cikampek 5 Jam 40 Menit

Selaun itu, pemerintah melonggarkan kebijakan bagi PNS untuk bisa bekerja dari rumah (work from home/WFH) dan libur anak sekolah diperpanjang hingga 12 Mei 2022.

"Arus mudik lebih melandai, ditambah lagi ada tradisi lebaran ketupat di Pantai Utara Jawa dan peregangan masuk kerja dan sekolah," ujar Djoko dalam keterangannya, Senin (9/5/2022).

Selain itu, menurut dia, pencairan tunjangan hari raya (THR) yang bersamaan dengan gaji bulanan juga berpengaruh pada keputusan pemudik untuk kembali ke wilayah asal.

"Kalau uang mau habis di kampung halaman, baru ke ibu kota mencari uang lagi untuk Lebaran tahun depan," kata Djoko.

Ia pun menilai, pemerintah telah maksimal melakukan rekayasa lalu lintas di jalan Tol Trans Jawa, yakni berypa ganjil genap, one way, dan contra flow untuk mengelola kemacetan selama arus mudik dan arus balik.

Meski demikian, ia mengatakan, kemacetan tetap tidak bisa dihindari.

Baca juga: Minggu Jadi Puncak Arus Balik, 4.197 Penumpang Tiba di Terminal Kalideres

Rest area, menurut dia, masih menjadi momok kemacetan lalu lintas masa arus mudik dan balik Lebaran tahun ini.

"Pemisahan zona parkir dan zona aktivitas perlu dilakukan, supaya arus kendaraan di dalam rest area lebih lancar," ujar dia.

Selain itu, ia menilai, penyebab lain kemacetan lalu lintas di jalan tol, yakni perilaku beristirahat di bahu jalan tol oleh pengguna jalan tol, berkendara zig zag, saldo uang elektronik tidak mencukupi, penyempitan ruas jalan (bottle neck), melintas jalur tanpa kendali petugas Polisi Lalu Lintas, hingga kecelakaan lalu lintas.

Adapun berdasarkan data PT Jasa Raharja, jumlah kecelakaan lalu lintas tahun 2022 menurun dibandingkan tahun 2019.

Baca juga: Evaluasi Mudik 2022, Berjalan Baik tapi Diakui Belum Maksimal

Pada periode 25 April 2022 sampai 5 Mei 2022 tercatat ada 4.107 kecelakaan lalu lintas dan 568 korban di antaranya wafat.

Periode yang sama di tahun 2019 terdata 4.083 kecelakaan lalu lintas dan 824 orang wafat.

"Dengan kata lain, jumlah kasus kecelakaan lalu lintas menurun 28 persen. Kasus warga yang wafat turun 49 persen," ucap Djoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com