Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KSAL Pastikan Sanksi Barat Tak Pengaruhi Operasional Alutsista TNI AL Buatan Rusia

Kompas.com - 02/03/2022, 17:34 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono memastikan, sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat terhadap Rusia, tak mempengaruhi operasional alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AL buatan negara berlambang elang berkepala dua itu.

Sebab, kata Yudo, alutsista yang dibeli dari Rusia sudah menjadi hak milik Indonesia.

“Kita enggak pengaruh Rusia mau perang sama mana pun bahwa alat itu kan istilahnya sudah kita beli dan sudah menjadi hak kita,” ujar Yudo kepada awak media di Mabesal, Jakarta, Rabu (2/3/2022).

Kendati demikian, Yudo tetap mengingatkan jajarannya untuk mengantisipasi dampak sanksi Barat terhadap penggunaan suku cadang yang dipakai TNI AL.

“Ke depan bagaimana untuk spare part (suku cadang) mungkin ada kena embargo atau tidak tentunya harus kita antisipasi,” terang dia.

Baca juga: Spesifikasi Kapal Selam Scorpene Incaran Prabowo yang Diinginkan TNI AL

Di sisi lain, Yudo menuturkan, pihaknya belum mengetahui secara pasti mengenai nasib penggunaan suku cadang TNI AL produksi Rusia ke depan, sekalipun secara operasional tetap digunakan.

“Untuk spare part-nya kita sampai sekarang ini belum tahu karena nanti yang anu (mengurus) Kemenhan. Secara operasional tetap kita gunakan,” imbuh dia.

Diberitakan, Jerman dan sekutu Baratnya sepakat untuk menghentikan Rusia dari sistem pembayaran global SWIFT.

Ini disampaikan juru bicara pemerintah Jerman pada Sabtu (26/2/2022), dalam paket sanksi ketiga yang bertujuan menghentikan invasi Rusia ke Ukraina.

Dilansir Reuters, sanksi yang disepakati dengan Amerika Serikat, Prancis, Kanada, Italia, Inggris Raya dan Komisi Eropa.

Mereka juga akan membatasi kemampuan bank sentral Rusia untuk mendukung rubel.

Hal itu akan mengakhiri "paspor emas" untuk orang kaya Rusia dan keluarga mereka.

Baca juga: Mampukah Rusia Bertahan dengan Gempuran Sanksi, Boikot dan Anjloknya Rubel?

Ini juga akan menargetkan individu dan institusi di Rusia dan di tempat lain yang mendukung perang melawan Ukraina, kata juru bicara itu.

"Negara-negara tersebut menekankan kesediaan mereka untuk mengambil tindakan lebih lanjut jika Rusia tidak mengakhiri serangannya terhadap Ukraina dan dengan demikian terhadap tatanan perdamaian Eropa," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Nasional
Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

Nasional
Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Nasional
Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Nasional
Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

[POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com