Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permenaker tentang JHT Diminta Revisi, PKS: Bentuk Kepemimpinan Inkonsisten

Kompas.com - 23/02/2022, 05:22 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyayangkan sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang baru muncul ketika suatu aturan yang telah ditandatanganinya menimbulkan polemik di masyarakat.

Alih-alih merespons aspirasi masyarakat, kemunculan Jokowi justru dinilai menunjukkan bahwa adanya kepemimpinan yang tidak konsisten dalam pemerintahan saat ini.

PKS menilai hal tersebut terjadi kembali pada saat Jokowi menginginkan agar Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua (JHT) direvisi.

"Ini bentuk kepemimpinan yang tidak konsisten. Sudah dua tahun, tujuh tahun, jika dihitung dari periode pertama, masih terus terjadi kesalahan manajemen pemerintahan seperti ini," kata Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera saat dihubungi Kompas.com, Selasa (22/2/2022).

Baca juga: Kerap Lakukan Revisi, Pemerintahan Jokowi Dinilai Inkonsisten dalam Pembuatan Kebijakan Publik

Mardani mengaku heran dengan kerap kalinya kebijakan publik yang dibuat pada masa pemerintahan Jokowi direvisi akibat protes dari masyarakat.

Menurut dia, hendaknya sebuah manajemen pemerintahan disusun oleh kepemimpinan yang konsisten dari atas hingga bawah.

Dia pun mencontohkan bagaimana semua menteri di kabinet pemerintahan adalah pembantu presiden dalam membuat berbagai kebijakan publik atau program.

"Semua menteri adalah pembantu presiden. Bekerja atas dasar perintah dan arahan presiden. Kalau ada menteri yang salah, maka presiden yang bertanggung jawab," jelasnya.

Sementara itu, tugas Presiden Jokowi menetapkan target bagi menteri dalam membuat kebijakan publik atau program pemerintah.

Jika ada suatu program atau kebijakan publik usulan menteri yang dirasa memiliki kekurangan, menurut Mardani, hendaknya dievaluasi sebelum disetujui presiden.

Baca juga: Jokowi Minta Permenaker JHT Direvisi, Pemerintah Diminta Pertimbangkan Aturan dengan Matang

"Pak Jokowi punya para Menko (Menteri Koordinator). Pak Jokowi punya Seskab (Sekretaris Kabinet) dan punya Kantor Staf Kepresidenan (KSP). Semua mesti difungsikan dan tugas Pak Jokowi sederhana, menetapkan target dan mengevaluasinya," pesan Mardani.

Anggota Komisi II DPR itu pun menyadari bahwa Jokowi memang memiliki tuntutan yang tinggi dari masyarakat, terutama di masa pandemi Covid-19.

Hanya saja, Mardani mengingatkan agar Jokowi tidak lantas menyampingkan kondisi masyarakat yang sulit akibat pandemi, dengan terus-terusan berlindung pada hasil survei kepuasan publik yang tinggi terhadap pemerintah.

"Jangan terpukau dengan survei, sementara rakyat menderita karena banyak PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan kehilangan penghasilan karena pandemi," pungkasnya.

Baca juga: Pemerintah Terbitkan Aturan soal JHT, Diprotes Massa, Jokowi Mendadak Muncul Minta Revisi

Diketahui, setelah banyak kritik dari elemen masyarakat, akhirnya Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 akan dilakukan revisi.

Adapun hal itu menjadi keputusan setelah Presiden Jokowi memerintahkan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah merevisi Permenaker tersebut.

Meski Menaker pada akhirnya beranji bakal melakukan perbaikan, namun, perjalanan aturan pencairan dana JHT menjadi pertanyaan.

Aturan yang semestinya disusun dengan prinsip kehati-hatian menjadi terkesan sembrono dan jauh dari aspirasi publik.

Kesediaan pemerintah mengubah aturan pun baru dilakukan setelah publik ramai-ramai menyampaikan penolakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

Pemerintah Tegaskan Tak Ragu Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Tangani ODGJ di Sumba Timur, Mensos Risma Minta Pemda dan Puskesmas Lakukan Ini

Nasional
Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club', Jokowi Usul Pertemuannya Dua Hari Sekali

Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club", Jokowi Usul Pertemuannya Dua Hari Sekali

Nasional
Kelakar Hakim MK saat PKB Ributkan Selisih 1 Suara: Tambah Saja Kursinya...

Kelakar Hakim MK saat PKB Ributkan Selisih 1 Suara: Tambah Saja Kursinya...

Nasional
Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club', Jokowi: Bagus, Bagus...

Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club", Jokowi: Bagus, Bagus...

Nasional
PPP Klaim Terjadi Perpindahan 5.958 Suara ke Partai Garuda di Dapil Sulawesi Tengah

PPP Klaim Terjadi Perpindahan 5.958 Suara ke Partai Garuda di Dapil Sulawesi Tengah

Nasional
Pernyataan Jokowi Bantah Bakal Cawe-cawe di Pilkada Diragukan

Pernyataan Jokowi Bantah Bakal Cawe-cawe di Pilkada Diragukan

Nasional
Komnas KIPI Sebut Tak Ada Kasus Pembekuan Darah akibat Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Komnas KIPI Sebut Tak Ada Kasus Pembekuan Darah akibat Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Nasional
Menpan-RB: Seleksi CPNS Sekolah Kedinasan Dimulai Mei, CASN Juni

Menpan-RB: Seleksi CPNS Sekolah Kedinasan Dimulai Mei, CASN Juni

Nasional
Cak Imin Harap Kerja Sama Koalisi Perubahan Berlanjut pada Pilkada Aceh

Cak Imin Harap Kerja Sama Koalisi Perubahan Berlanjut pada Pilkada Aceh

Nasional
Kritisi Program Merdeka Belajar, Dompet Dhuafa Gelar Hardiknas Eduaction Forum 2024

Kritisi Program Merdeka Belajar, Dompet Dhuafa Gelar Hardiknas Eduaction Forum 2024

Nasional
Prabowo Terima KSAL dan KSAU, Bahas Postur Pembangunan Angkatan

Prabowo Terima KSAL dan KSAU, Bahas Postur Pembangunan Angkatan

Nasional
PKB, Nasdem, dan PKS Ingin Gabung Koalisi Prabowo, AHY: Enggak Masalah

PKB, Nasdem, dan PKS Ingin Gabung Koalisi Prabowo, AHY: Enggak Masalah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com