Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi PDI-P Sebut Ada Pihak yang Dorong RI Gabung AUKUS Terkait Laut China Selatan

Kompas.com - 22/09/2021, 15:56 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI-P TB Hasanuddin menilai, ada kelompok tertentu yang menginginkan Indonesia bergabung dalam kerja sama antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat atau dikenal dengan AUKUS di Laut China Selatan.

Menurut dia, desakan tersebut datang karena kelompok tersebut tidak suka Indonesia dekat dengan China.

"Akhir-akhir ini saya berbicara dengan kelompok yang tidak suka kita dekat dengan yang namanya RRT. Kelompok itu ada dan real," kata TB Hasanuddin dalam rapat kerja Komisi I DPR dengan Wakil Menteri Luar Negeri, Rabu (22/9/2021).

Baca juga: Beijing dan Vietnam Harus Menahan Diri Ihwal Sengketa Laut China Selatan

"Dan mohon maaf dengan segala hormat, mereka mendesak supaya kita ikut masuk dalam blok Amerika, yang notabene ikut masuk dengan AUKUS," lanjutnya.

Ia mengatakan, kelompok tersebut angkat bicara atas isu yang belakangan ramai dibicarakan terkait perkembangan di Laut China Selatan atau Laut Natuna Utara.

Adapun isu itu mengenai kerja sama yang terbentuk antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat di kawasan Laut China Selatan pada 15 September 2021.

"Mungkin menjadi AUKUSI, itu Australia, United Kingdom (UK), US (United States), dan I (Indonesia). Itu sudah bergelinding. Saya pernah berdiskusi itu," tuturnya.

Kendati demikian, cerita TB, ada pula kelompok lain yaitu mantan prajurit yang meminta Indonesia bersiap melawan AUKUS dengan memperkuat persenjataan.

Namun, dia tak sepakat dengan kelompok tersebut lantaran masih mempertanyakan pihak mana yang akan dilawan.

"Enggak bisa, saya bilang, kita membentuk angkatan hanya untuk bertempur, bagaimana? Yang penting menjaga kedaulatan. Saya mohon dengan hormat, dua sisi ini dan barangkali di ruangan ini saja bisa jadi ada mulai panas," jelasnya.

Atas hal tersebut, TB Hasanuddin menilai Indonesia semestinya mampu mengambil sikap menanggapi perbedaan pandangan ini.

Ia menyarankan dengan mengutip solusi yang diberikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk mengutamakan diplomasi guna menyelesaikan masalah.

"Kita punya yang namanya kode etik, sudah diluncurkan oleh Ibu Menlu kode etik menyelesaikan masalah-masalah di wilayah laut bila terjadi ada gesekan-gesekan dengan sit and talk, duduk dan bicara. Tidak boleh menggunakan senjata atau apapun kekerasan," katanya.

Baca juga: Bakamla Prediksi Kekuatan Militer Negara Besar Akan Hadir di Laut China Selatan

Dia menegaskan, dalam menghindari terjadinya konflik di kawasan laut, Indonesia tidak boleh terpancing pada kubu manapun.

Sebaliknya, menurut dia, Indonesia justru bisa mengambil keuntungan dari ketegangan yang ada antara China dan Amerika Serikat dalam AUKUS.

"Sekali lagi, jangan terpancing, karena memang kita sedang dipancing untuk supaya ambil sikap, tegas. Tegas ke mana? Enggak bisa lah. Kita tetap saja. Justru dalam keadaan situasi saat ini manfaatkan kebaikan Amerika, kebaikan China," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com