JAKARTA, KOMPAS.com - Regulasi terkait perlindungan data pribadi tak kunjung disahkan oleh pemerintah. Pembahasan Rancangan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi atau RUU PDP masih buntu.
Alhasil, kebocoran data pribadi terus terjadi, bahkan diperjualbelikan di dunia maya. Dalam dua tahun terakhir, Litbang Kompas mencatat sejumlah kasus kebocoran data pribadi di Indonesia. Apa saja?
September 2021
Beredar Nomor Induk Kependudukan (NIK) para calon presiden dan wakil presiden dalam Pemilu 2019 di media sosial.
NIK para calon presiden dan wakil presiden Pemilu 2019 itu ditampilkan dalam laman infopemilu2.kpu.go.id.
NIK Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma’ruf Amin, serta kandidat pesaingnya, yang sekarang menjadi anggota kabinet, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Pariwisata Sandiaga Uno, dengan mudah diakses melalui mesin pencarian di internet.
Baca juga: NIK Jokowi Beredar, Menkes: Sekarang Sudah Dirapikan dan Data Para Pejabat Ditutup
Agustus 2021
Data pengguna e-HAC Kementerian Kesehatan sebanyak 1,3 juta data diduga bocor. Ukuran data tersebut kurang lebih mencapai 2 GB.
Sebuah situs pengulas perangkat lunak VPN, vpnMentor, memublikasikan temuan kebocoran pada bank data (database) e-HAC yang pertama kali diketahui pada 15 Juli 2021.
VpnMentor mengklaim telah berusaha menginformasikan kepada Kemenkes pada 21 dan 26 Juli 2021, tetapi tidak ditanggapi.
Tindak lanjut dan penanggulangan kebocoran data yang dimaksud baru dilakukan sebulan setelahnya, yakni pada 24 Agustus 2021, ketika vpnMentor menginformasikan temuan itu ke Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Baca juga: Ini Penjelasan Kemenkes soal Dugaan Kebocoran Data Pengguna E-HAC
Juli 2021
Sebanyak 2 juta data nasabah perusahaan asuransi BRI Life juga diduga bocor, bahkan diperjualbelikan di dunia maya.
Bocornya data nasabah BRI Life pertama kali diungkap oleh akun Twitter @UnderTheBreach pada 27 Juli 2021. Akun tersebut mengatakan bahwa data nasabah yang bocor bersifat sensitif.
Akun tersebut juga mengatakan bahwa sekitar 463.000 dokumen berhasil diambil oleh peretas.
Selain itu, akun tersebut juga menyebut bahwa peretas memiliki video demonstrasi berdurasi 30 menit, yang berisi tentang sejumlah besar data sekitar 250 GB yang mereka peroleh.