Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadiri Berbagai Kegiatan di AS, Katib Aam PBNU Bicara soal Perdamaian Dunia

Kompas.com - 12/07/2021, 22:46 WIB
Rahel Narda Chaterine,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf melakukan kunjungan ke Washington DC, Amerika Serikat (AS), Sabtu (10/7/2021).

Yahya akan berada di AS selama beberapa hari untuk mengikuti lima agenda terkait isu perdamaian dunia.

Pertama, pembahasan mengenai agenda Interfaith 20 (IF20) yang merupakan agenda sandingan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

Rencananya, agenda tersebut akan digelar pada September mendatang di Bologna, Italia.

Baca juga: Katib Aam PBNU dan Uskup Agung Jakarta Bicara Radikalisme di Asia dalam Konferensi Internasional

Sebagai wakil dari Gerakan Global Islam untuk Kemanusiaan, Yahya akan menghadiri KTT bersama Komunitas Masjid Muhammad atau The Nation’s Mosque, yang merupakan komunitas muslim Afro-Amerika.

KTT tersebut bertajuk Building a Global Alliance Founded Upon Shared Civilizational Values.

"Selain itu, mengikuti WEA (World Evangelical Alliance), organisasi Evangelis Internasional dengan pengikut lebih dari 600 juta orang di 140 negara," ujar Gus Yahya, dikutip dari siaran pers, Senin (12/7/2021).

Selanjutnya, Yahya akan mengikuti International Religious Freedom Summit (KTT IRF) selama tiga hari.

Dalam kesempatan itu, ia akan menyampaikan pidato dengan topik The Rising Tide of Religious Nationalism.

Baca juga: Bertemu Paus Fransiskus, Katib Aam PBNU Bahas Konflik Antar-Agama

Di sela kegiatannya, Yahya juga dijadwalkan bertemu dengan sejumlah senator Amerika, yaitu Mitt Romney, Benjamin Sasse, dan Thomas Cotton.

Kemudian, Yahya akan berbagi panel dengan mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo dalam konferensi yang digelar Hudson Institute untuk mendiskusikan masalah terkait stabilitas kawasan Indo-Pasifik.

Yahya menjelaskan, visi kemanusiaan dalam Idealisme NU dan fondasi NKRI mengandung inspirasi yang sangat dibutuhkan untuk mencari jalan keluar dari ancaman destabilisasi global.

Khususnya, ancaman yang paling berbahaya belakangan ini, seperti konflik antaridentitas, baik etnik, agama, maupun ideologi sekuler.

“Saya akan mengusung gagasan-gagasan yang bersumber dari idealisme Nahdlatul Ulama, nilai-nilai Pancasila serta pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945,” ujar Yahya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta agar Bebas

Nasional
Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Nasional
Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Yakin Presidential Club Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Yakin Presidential Club Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Nasional
Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Nasional
Gejala Korupsisme Masyarakat

Gejala Korupsisme Masyarakat

Nasional
KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

Nasional
PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

Nasional
Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Nasional
Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Nasional
Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Nasional
MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

Nasional
Paradoks Sejarah Bengkulu

Paradoks Sejarah Bengkulu

Nasional
Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Nasional
Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com