Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Safenet Sebut Penyebaran Radikalisme Melalui Medsos, dari Instagram, Facebook, hingga Telegram

Kompas.com - 07/04/2021, 14:45 WIB
Tatang Guritno,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota divisi keamanan Southeast Asia Freedom of Expression Network (Safenet) sekaligus peneliti terorisme, Boas Simanjuntak mengatakan, penyebaran ideologi radikalisme agama ditemukan di beberapa platform media sosial.

Boas mengatakan, pola penyebaran ideologi radikalisme agama terjadi secara terbuka dan tertutup.

Pada pola terbuka, kata Boas, konten-konten berisi radikalisme itu disebarkan melalui media sosial Instagram dan Facebook.

"Terbuka banyak ditemukan di Facebook dan Instagram, dalam hal konten-konten yang lebih halus narasinya dengan warna serta tulisan yang menarik, seperti narasi 'Anak muda bisa lakukan perbaikan' dikaitkan dengan isu ketidakadilan, hal ini mudah memantik anak muda ikut masuk bergabung dalam aksi kekerasan," jelas Boas dihubungi Kompas.com, Rabu (7/4/2021).

Baca juga: PPATK dan Densus 88 Koordinasi Intensif Cegah Terorisme

Sementara itu, penyebaran ideologi radikalisme dengan pola tertutup banyak ditemukan di media sosial Telegram.

"Untuk pola tertutup, banyak ditemukan di Telegram, dalam hal perekrutan, yang membutuhkan kepercayaan tersendiri," ujar dia. 

Boas menyebut anak muda menjadi kelompok paling rentan untuk terpengaruh paham radikalisme agama dan bergabung dengan kelompok teroris.

Sebab, anak muda, kata Boas, mengalami tiga proses yang rentan digunakan dalam perekrutan anggota teroris.

"Pertama adalah pencarian jati diri, mencari nilai-niali baru yang dianggap cocok dengan keadaan anak muda. Kedua kondisi galau, karena semua masalah dianggap mentok," sebut Boas.

"Ketiga, adalah kompetitif, era internet mempertunjukan kecepatan menjadi sarana yang cocok untuk terkenal serta diakui banyak orang," kata dia.

Baca juga: Faktor Personal dan Tekanan Sosial, Salah Satu Alasan Perempuan Jadi Pelaku Terorisme

Sebelumnya, Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Beni Mamoto menyebut bahwa anak muda yang mengakses situs radikal rawan terpengaruh.

Pola yang terjalin, kata dia, setelah anak muda mengakses sebuah situs radikal, kemudian terjalin komunikasi yang intens.

Proses komunikasi dua arah tersebut berujung para perekrut yang kemudian menggelar pertemuan.

Pertemuan itu disebut akan berdampak besar mempengaruhi seorang anak muda yang sedang dilanda berbagai masalah.

Baca juga: Pimpinan Komisi III Tekankan Pentingnya Peran Ulama Redam Penyebaran Radikalisme

Seperti frustasi, patah hati, hingga anak muda yang mengalami masalah keluarga.

Dari hasil wawancaranya, Beni menemukan bahwa anak muda lebih tertarik dengan situs yang sarat radikalisme ketimbang situs institusi negara yang menangani tindak pidana terorisme.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com