Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Aktor Kunci Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat Justru Melawan Orangtua Korban di Meja Pengadilan"

Kompas.com - 17/03/2021, 06:17 WIB
Tatang Guritno,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ibunda mahasiswa korban Semanggi I Bernardinus Realino Norma Irmawan, Maria Katarina Sumarsih, mempertanyakan komitmen pemerintah untuk menyelesaikan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat masa lalu di Indonesia.

Menurut Sumarsih, pertanyaan itu muncul karena tidak konsistennya sikap lembaga pemerintahan yang seharusnya menjadi aktor kunci penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat.

Sikap tidak konsisten itu salah satunya ditunjukan oleh Presiden Joko Widodo dan Jaksa Agung ST Burhanuddin.

“Saat jaksa Agung mengajukan banding pada putusan PTUN Jakarta, Presiden tidak melakukan apa-apa. Tidak menegur, tidak mengingatkan baik melalui Menko Polhukam, baik langsung secara lansung pada Jaksa Agung,” jelas Sumarsih dalam diskusi virtual yang diadakan LP3ES bertajuk Peradilan dan Impunitas, Selasa (16/3/2021).

Baca juga: Jaksa Agung Sebut Peristiwa Semanggi Bukan Pelanggaran HAM Berat, Sumarsih: Kejaksaan Agung Sudah Mengerjakan Apa?

Adapun kasus yang melibatkan Jaksa Agung ST Burhanuddin dengan keluarga Korban Semanggi I dan II terjadi karena pernyataan Burhanuddin yang mengatakan bahwa kasus Semanggi I dan II bukan merupakan pelanggaran HAM berat.

Pada 4 November 2020, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta mengabulkan gugatan keluarga korban kasus Semanggi I dan II dan menyatakan pernyataan Burhanuddin melawan hukum.

Terakhir, Burhanuddin melakukan banding atas putusan tersebut. Dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) mengabulkan banding tersebut, serta membatalkan putusan PTUN Jakarta.

Sumarsih menilai berdasarkan kasus tersebut, ia tak yakin bahwa negara akan serius melakukan penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat di Tanah Air.

Baca juga: Sumarsih Nilai PTTUN Tutup Pintu Kebenaran untuk Keluarga Korban Tragedi Semanggi

Pasalnya, Presiden Jokowi pernah mengatakan bahwa Kejaksaan Agung adalah aktor kunci penyelesaian kasus HAM Berat, namun Jaksa Agung, justru berhadapan dengan keluarga korban di pengadilan.

“Kemudian bagaimana pemerintah akan menyelesaikan pelanggaran ham berat masa lalu kalau aktor kunci penyelesaian pelanggaran HAM berat, justru melawan orangtua korban di meja pengadilan,” sebut Sumarsih.

Sumarsih bercerita, bahwa Presiden Jokowi sempat menghidupkan harapan penyelesaian kasus HAM berat di masa lalu untuk para keluarga korban, bahkan sebelum menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

Baca juga: Keluarga Korban Tragedi Semanggi Akan Ajukan Kasasi atas Putusan PTTUN yang Kabulkan Banding Jaksa Agung

Jokowi, lanjut Sumarsih selalu menyinggung penyelesaian pelanggaran HAM berat dalam banyak pernyataannya.

Sebelum menjabat sebagai presiden, dalam program Nawa Cita yang disampaikannya, Jokowi berjanji bahwa penyelesaian kasus HAM berat.

“Presiden Jokowi sejak sebelum menjadi Presiden itu sangat memberikan harapan bagi kami keluarga korban yang tertulis dalam Nawa Cita. Setelah jadi Presiden dalam pidato kenegaraan baik dalam perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, hari HAM Sedunia, itu juga selalu memberikan harapan-harapan kepada kami, keluarga korban,” ceritanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Nasional
Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nasional
Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com