Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Airlangga Minta Partai Golkar Dorong Pilpres dan Pileg Tak Lagi Serentak

Kompas.com - 04/12/2019, 13:15 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyampaikan beberapa rekomendasi politik yang bisa dilakukan oleh partainya selama lima tahun ke depan.

Hal itu ia sampaikan dalam Rapat Paripurna II, Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta Selatan, Rabu (4/12/2019).

Salah satu rekomendasinya adalah perubahan Undang-Undang Pemilu terkait pemisahan penyelenggaraan Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg).

"Partai Golkar perlu memperjuangkan perubahan UU Pemilu, memisahkan kembali antara Pileg dan Pilpres serta penyempurnaan sistem pemilu yang membuka peluang bagi kemenangan Partai Golkar di dalam Pemilu," kata Airlangga.

Baca juga: KPU Klaim Pilpres dan Pileg Serentak Berhasil Pangkas Biaya

Selain itu, Airlangga juga menilai perlunya Partai Golkar memiliki program unggulan untuk mencegah berkembangnya paham anti-Pancasila dan sikap intoleransi di tengah masyarakat.

Menurut dia, partai berlambang pohon beringin itu harus menginisiasi undang-undang terkait pemantapan ideologi Pancasila.

"Khususnya di kalangan anak-anak muda sebagai pembela dan pengamal Pancasila, saatnya Partai Golkar perjuangkan lahirnya sebuah UU yang mengatur tentang pemantapan ideologi Pancasila," ucapnya.

Baca juga: Sampaikan LPJ, Airlangga: Kursi Golkar di DPR di Luar Perkiraan Banyak Pihak

Sebelumnya, Airlangga menyampaikan laporan pertanggungjawaban DPP Partai Golkar dalam Rapat Paripurna II Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar.

Dalam pemaparannya, Airlangga menyampaikan capaian-capaian yang telah diraih oleh DPP Partai Golkar periode 2014-2019.

Airlangga mengatakan, banyak pengamat dan lembaga survei memprediksi Golkar akan terpuruk dalam Pemilu serentak 2019. Namun, kata dia, prediksi itu tidak terbukti.

"Ternyata perolehan kursi Golkar di luar perkiraan banyak pihak, karena mampu bertahan sebagai pemenang kedua dengan memperoleh 85 kursi DPR RI, lebih daripada itu untuk pertama kali sejak reformasi Partai Golkar berhasil meraih kemenangan pada pilpres 2019 dengan mengusung Jokowi-Ma'ruf," kata Airlangga.

Baca juga: Airlangga Hartarto: Tak Perlu Amendemen UUD 1945 dalam Waktu Dekat

Airlangga juga mengatakan, untuk pertama kalinya sejak reformasi, Partai Golkar menempati posisi Ketua MPR dan menempatkan kader perempuan sebagai salah satu Ketua Komisi di DPR.

"Alhamdulillah Golkar berhasil meraih Ketua MPR RI. Ini pertama kalinya pasca reformasi. Kemudian menempatkan Wakil Ketua DPR RI. Kemudian Golkar memperoleh tiga ketua komisi dalam AKD. Komisi I baru pertama kali dalam sejarah Golkar dijabat oleh seorang perempuan. Bu Meutya Hafid yang mitranya Pak Prabowo," ujar dia.

Kompas TV

Pertarungan calon ketua umum Partai Golkar dalam Munas yang berlangsung tanggal 3 hingga 6 Desember ini, diprediksi akan berlangsung sengit. Hingga pendaftaran ditutup Senin (2/12) malam, ada sembilan calon ketua umum yang mendaftar.

Kesembilan calon ketua umum partai golkar, yakni ketua DPP Partai Golkar Ridwan Hisyam, Ketua umum satuan karya ulama, Ali Yahya, Petahana Ketua Umum Airlangga Hartarto. Ada pula rival utama Airlangga, Bambang Soesatyo yang saat ini menjabat Ketua MPR. Anggota DPR, Agun Gunanjar Sudarsa. Wakil ketua dewan pimpinan daerah 8 soksi, Achmad Annama Chayat.

Lalu ada ketua DPP periode 2009-2014 dan anggota DPR, Indra Bambang Utoyo. Kader partai Golkar, Aris Mandji, dan Koordinator Badan Advokasi dan HAM Golkar Indonesia Timur sekaligus Wakil Ketua Umum AMPG, Derek Loupatty.

Munas Partai Golkar dibayangi isu adanya intervensi istana dalam pemilihan ketua umum Partai Golkar. Siapa dan faktor apa yang menentukan keterpilihan calon ketua umum Partai Golkar dalam Munas kali ini?

#MunasGolkar #PartaiGolkar #CaketumGolkar

Jangan lewatkan live streaming Kompas TV 24 jam non stop di https://www.kompas.tv/live. Supaya tidak ketinggalan berita-berita terkini, terlengkap, serta laporan langsung dari berbagai daerah di Indonesia, yuk subscribe channel youtube Kompas TV. Aktifkan juga lonceng supaya kamu dapat notifikasi kalau ada video baru.
Media social Kompas TV:
Facebook: https://www.facebook.com/KompasTV
Instagram: https://www.instagram.com/kompastv
Twitter: https://twitter.com/KompasTV
LINE: https://line.me/ti/p/%40KompasTV

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com