Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Teror Harus Dilakukan Secara Menyeluruh...

Kompas.com - 17/11/2019, 11:13 WIB
Dani Prabowo,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Antisipasi terhadap potensi teror dinilai harus dilakukan secara menyeluruh. Pemerintah tak bisa hanya bergerak pasca-kasus teror terjadi, tetapi juga harus mencegah teror itu terjadi.

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, koordinasi antar kementerian dan lembaga harus terus ditingkatkan agar penanganan kasus terorisme dapat dilakukan dari hulu ke hilir.

Sebagai contoh, pentingnya peran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam menyusun kurikulum yang dapat menekan penyebaran paham radikalisme tersebut. Bahkan, hal itu sudah harus dilakukan sejak masa pendidikan anak usia dini (PAUD).

"Penanganannya dilakukan secara komprehensif dari hulu sampe ke hilir," kata Ma'ruf di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (15/11/2019).

Baca juga: Wapres Sebut Radikalisme Perlu Ditangani Sejak Usia Dini, Hulu ke Hilir

Di lain pihak, Kementerian Agama juga harus berperan aktif dalam membina para pemuka agama untuk tidak menebarkan narasi yang bermuatan radikal.

Sebaliknya, narasi-narasi positif mengenai gotong royong, kerukunan, moderasi dan toleransi antar umat beragama harus terus digaungkan di tengah masyarakat.

Para pemuka agama memiliki peran yang sentral dalam meredam aksi radikal yang dilakukan masyarakat.

"Jadi narasi-narasi ini narasi kerukunan yang kita bangun. Jadi kelompok mana saja, jangan narasi konflik. Itu yang menimbulkan terjadinya rasa permusuhan. Ini yang barangkali perlu kita ubah kepada semua pihak," ujar Ma'ruf.

Apalagi, mereka berada pada posisi paling fleksibel, yaitu dapat beradaptasi di berbagai kalangan dan lingkungan masyarakat.

Rawan

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD sebelumnya menyatakan, ada tiga tingkatan radikalisme yang berbentuk teror.

Pertama, mereka yang telah terpapar paham radikal menganggap orang lain musuh. Kedua, melakukan aksi teror seperti pengeboman. Ketiga, adu wacana tentang ideologi.

Untuk tingkatan ketiga, menurut mantan Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latief, kaum terdidik justru paling rawan terkena paham radikal.

Hal itu sejurus dengan kajian yang dilakukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sejak 2012-2018 yang menunjukkan tren peningkatan sikap intoleransi terutama pada anak muda terdidik dengan rentang usia 15-35 tahun.

Baca juga: Kaum Terdidik di Perkotaan Rawan Terpapar Radikalisme

Menurut Yudi, kaum terdidik yang tinggal di perkotaan rawan terpapar paham radikal karena lebih mudah mengenal berbagai ideologi.

Salah satunya, eksklusifisme terhadap hal tertentu yang mendorong kecenderungan sikap intoleransi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com