"Dalam hal ini kan yang paling rawan memang kaum terdidik di lingkungan perkotaan. Di mana-mana ideologi itu adalah makanan kaum terdidik sehingga sumber kerawanan memang ada di kaum terdidik," ujar Yudi dalam sebuah seminar di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (15/11/2019).
Menurut Yudi, orang yang terdidik memiliki harapan mobilisasi secara vertikal.
Namun, ketika harapan tersebut pupus, entah itu akibat kondisi perekonomian yang landai, tidak tersedianya lapangan pekerjaan, hingga akses usaha yang terbatas, maka hal itu mendorong mereka menjadi frustasi.
Akibatnya, mereka lari ke kelompok militan yang dinilai dapat memberikan jaminan sosial yang lebih baik bagi mereka.
Supaya tidak menjadi bom waktu di kemudian hari, pemerintah perlu mengambil langkah strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Jumlah angka angka kaum terdidik naik, sementara lapangan kerja minim, lalu akses usaha dikuasai sebagian orang saja sehingga saya rasa pemerintah perlu memikirkan juga bagaimana memperluas sektor-sektor riil dan mengembangkan mobilitas vertikal secara lebih inklusif," ucap Yudi.
"Sebab kita juga perlu memperbaiki keadilan sosial. Sekuat apa pun persatuan nasional kita, kalau keadilan sosial tidak merata dan kesenjangan sosial masih ada maka intoleransi akan makin menguat," kata dia.
Di lain pihak, aparat keamanan juga harus meningkatkan kewaspadaan mereka.
Kasus bom bunuh diri di Markas Polrestabes Medan misalnya, saat pelaku mengenakan jaket salah satu perusahaan ojek online (ojol) menunjukkan kemampuan pelaku teror dalam beradaptasi kian meningkat.
Menurut pengamat teroris dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak, pelaku telah berhasil memanfaatkan hal sederhana untuk melancarkan aksi teror.
Hal itu terbukti efektif untuk mengelabui siapa pun yang melihatnya tanpa ada rasa curiga.
Baca juga: Waspadai Kamuflase Teroris, dari Pura-pura Motor Hilang hingga Nyamar jadi Ojol
Pasalnya, siapa pun yang melihat orang mengenakan jaket ojek online, akan berpikiran bahwa orang tersebut hendak menjemput seseorang atau mengantar paket sesuatu kepada orang yang memesannya di suatu tempat.
"Saya memperkirakan, kamuflase ini akan semakin bervariasi sehingga makin sulit dideteksi oleh polisi," ujar dia.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Dian Erika Nugraheny, Rakhmat Nur Hakim)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.