Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan DPR Baru adalah Jadi Oposisi Pemerintah

Kompas.com - 29/10/2019, 19:22 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Forum Masyarkat Peduli Parlemen Indonesia (Formmapi) Lucius Karus menyebutkan bahwa DPR periode 2019-2024 memiliki tantangan yang mau tak mau harus dihadapi dan dijalankan, yakni menjadi oposisi pemerintah.

Menjadi oposisi dibutuhkan mengingat koalisi partai di pemerintahan yang diwadahi Kabinet Indonesia Maju, cukup gemuk.

Terlebih sejak masuknya partai Gerindra yang notabene selama ini merupakan partai oposisi yang kerap mengkritisi kebijakan pemerintah.

Baca juga: Bertemu Prabowo, Sohibul Tegaskan Sikap PKS sebagai Oposisi

"DPR baru punya tantangan untuk memastikan jadi oposisi dari pemerintah yang harus mengkritisi kebijakannya," kata Lucius dalam diskusi publik The Indonesian Institute di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (29/10/2019).

Lucius pun tak menampik jika koalisi partai politik pendukung pemerintah juga menguasai parlemen. 

Dengan demikian, kata dia, yang dibutuhkan saat ini adalah DPR membuka komunikasi dengan publik setiap kali merancang sesuatu.

Terlebih sejauh ini baru PKS saja yang menyatakan diri menjadi oposisi terhadap pemerintah.

Tantangan lainnya, kata dia, kerja parlemen periode 2019-2024 ini juga akan sangat banyak ditentukan pihak yang mencoba menyusun peta kekuatan guna menghadapi Pemilu 2024.

"Kita jangan terjebak dengan mimpi-mimpi 2024. Banyak tugas di depan mata untuk DPR baru," kata dia.

Baca juga: PKS Tidak Bahagia Jika Oposisi Sendirian

Tugas-tugas tersebut antara lain soal pemindahan ibu kota yang apapun keputusan terkait rencana tersebut harus dibicarakan secara terbuka. Termasuk juga soal UU Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan rencana amandemen UUD 1945.

Menurut Lucius, itu semua merupakan rangkaian opsi-opsi yang bisa dengan mudah ditransaksikan oleh siapapun yang memiliki kepentingan.

"Tanggung jawab berat DPR lima tahun ini untuk memastikan, jangan sampai membiarkan hal-hal substantif terkait nasib rakyat," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com