Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Wahyu Trenggono, Jual Kambing demi Kuliah hingga Jabat Wamenhan

Kompas.com - 25/10/2019, 13:54 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wahyu Sakti Trenggono dipercaya Presiden Joko Widodo menjadi salah satu pembantunya di Kabinet Kerja Jilid II periode 2019-2024.

Ia ditunjuk untuk menjabat Wakil Menteri Pertahanan mendampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. 

Nama Trenggono kurang populer di dunia politik.

Ia boleh dibilang baru terjun di dunia politik praktis ketika didapuk menjadi Bendahara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf pada perhelatan Pilpres 2019 lalu.

Trenggono memang bukan lahir dari rahim politik. Ia tumbuh dan berkembang di dunia industri informasi telekomunikasi.

Baca juga: Jadi Wamen BUMN, Ini Profil Kartika Wirjoatmodjo

Ia memulai kariernya di PT Astra Internasional Tbk sekitar tahun 1988. Saat itu, ia bahkan belum menamatkan jenjang pendidikan sarjananya di Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dilansir dari Kontan, 2016, Trenggono muda memiliki hasrat tinggi dalam bekerja.

Keinginan kuatnya untuk maju ini demi melepaskan keluarganya dari jerat kemiskinan. Sejak kecil, keluarganya terbiasa hidup prihatin di Semarang, Jawa Tengah.

Trenggono mengisahkan, keluarganya pernah terpaksa menjual kambing agar ia dapat meneruskan pendidikan di ITB.

“Saya dulu bayar kuliah Rp 22.000 harus jual tujuh ekor kambing dan dikirim sama nenek saya Rp 35.000,” kenang dia.

Baca juga: Mengenal John Wempi Wetipo, Putra Papua Calon Wamen PUPR

Di Astra, ia diterima pada program Astra Basic Training. Ia disekolahkan selama enam bulan sebelum dilepaskan ke unit bisnis Astra.

"Dan saya kebagian dalam bisnis informasi teknologi," lanjut Trenggono.

Menjejakan kaki di Astra menjadi awal yang baik bagi perjalanan karier Trenggono. Banyak hal dipelajari, mulai dari membangun infrastruktur IT, membangun kultur perusahaan, hingga mengembangkan pabrik.

Namun, salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi Trenggono, yakni relasi yang ia bangun dengan lembaga konsultan dunia, yakni Boston Consulting Group (BCG) .

“Di situ sebenarnya banyak sekali belajar tentang perubahan manajemen,” ujar dia.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com