JAKARTA, KOMPAS.com - Wahyu Sakti Trenggono dipercaya Presiden Joko Widodo menjadi salah satu pembantunya di Kabinet Kerja Jilid II periode 2019-2024.
Ia ditunjuk untuk menjabat Wakil Menteri Pertahanan mendampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Nama Trenggono kurang populer di dunia politik.
Ia boleh dibilang baru terjun di dunia politik praktis ketika didapuk menjadi Bendahara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf pada perhelatan Pilpres 2019 lalu.
Trenggono memang bukan lahir dari rahim politik. Ia tumbuh dan berkembang di dunia industri informasi telekomunikasi.
Baca juga: Jadi Wamen BUMN, Ini Profil Kartika Wirjoatmodjo
Ia memulai kariernya di PT Astra Internasional Tbk sekitar tahun 1988. Saat itu, ia bahkan belum menamatkan jenjang pendidikan sarjananya di Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dilansir dari Kontan, 2016, Trenggono muda memiliki hasrat tinggi dalam bekerja.
Keinginan kuatnya untuk maju ini demi melepaskan keluarganya dari jerat kemiskinan. Sejak kecil, keluarganya terbiasa hidup prihatin di Semarang, Jawa Tengah.
Trenggono mengisahkan, keluarganya pernah terpaksa menjual kambing agar ia dapat meneruskan pendidikan di ITB.
“Saya dulu bayar kuliah Rp 22.000 harus jual tujuh ekor kambing dan dikirim sama nenek saya Rp 35.000,” kenang dia.
Baca juga: Mengenal John Wempi Wetipo, Putra Papua Calon Wamen PUPR
Di Astra, ia diterima pada program Astra Basic Training. Ia disekolahkan selama enam bulan sebelum dilepaskan ke unit bisnis Astra.
"Dan saya kebagian dalam bisnis informasi teknologi," lanjut Trenggono.
Menjejakan kaki di Astra menjadi awal yang baik bagi perjalanan karier Trenggono. Banyak hal dipelajari, mulai dari membangun infrastruktur IT, membangun kultur perusahaan, hingga mengembangkan pabrik.
Namun, salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi Trenggono, yakni relasi yang ia bangun dengan lembaga konsultan dunia, yakni Boston Consulting Group (BCG) .
“Di situ sebenarnya banyak sekali belajar tentang perubahan manajemen,” ujar dia.
Kariernya di Astra hanya bertahan 11 tahun. Ia kemudian mundur dari jabatan terakhir Senior General Manager atau setingkat direktur di anak usaha Astra.
Saat itu, Trenggono menangkap peluang membangun bisnis sendiri di bidang penyedia infrastruktur telekomunikasi, yakni menara.
Sekitar tahun 1998, ia melihat banyak korporasi milik konglomerat hancur diterpa krisis ekonomi.
Baca juga: Jokowi Tunjuk Dua Dirut BUMN jadi Wamen Erick Thohir
Namun di sisi lain, ia melihat ada peluang yang potensial dikembangkan dan belum banyak dilirik orang.
Ia memprediksi selepas tahun 2000-an, Indonesia akan memasuki era teknologi mobile telekomunikasi. Hal itu mendasar pada munculnya operator seluler dan pengguna ponsel yang terus tumbuh.
Ia berkesimpulan, pasti kebutuhan telekomunikasi mobile akan makin besar di masa mendatang sehingga perlu ditangkap peluang membangun infrastrukturnya, yaitu menara.
Melalui bendera PT Solusindo Kreasi Pratama dan PT Tower Bersama Infrastruktur, Trenggono menjadi salah satu taipan dalam bisnis telekomunikasi.
Perusahaannya menjadi yang terbesar di bidangnya se-Indonesia dengan kepemilikan lebih dari 14.000 menara.
Baca juga: Profil Singkat Surya Tjandra, Dosen Hukum Calon Wamen ATR/BPN
Meski demikian, Trenggono tidak larut dalam kehidupan glamor. Ia tetap bersahaja.
Siapa sangka, Trenggono mengatakan bahwa tujuan hidupnya hanyalah ingin bekerja dengan baik, merintis karier profesional dan bermanfaat bagi banyak orang.
Kini, mahasiswa yang menjual kambing demi meneruskan kuliahnya itu dipercaya menjadi wakil menteri.
Ia beserta 11 wakil menteri lainnya dilantik oleh Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Jumat (25/11/2019).