Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKB Harap Jangan Ada Isu Miring dalam Pemindahan Ibu Kota

Kompas.com - 28/08/2019, 15:41 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid mengingatkan, pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur jangan sampai dibumbui isu miring.

Salah satu isu miring yang dimaksud ialah adanya kongkalikong alias deal politik antara pemerintah dan kelompok tertentu.

"Kalau dari awalnya ada masalah, saya khawatir nanti ke depan ada masalah. Maka, lahannya harus clear, perencanaannya harus clear, dan masyarakat Indonesia juga harus bisa terima," ujar Jazilul saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (28/8/2019).

"Jadi mulai hari ini dibuka saja, terbuka, dari perencanaan hingga lahan, tidak ada yang ditutup-tutupi," kata dia.

Baca juga: Diakui, Ada Lahan Milik Prabowo di Wilayah Ibu Kota Baru

Jazilul mengakui, pernyataannya ini berkaitan dengan tudingan aktivis pertambangan bahwa ada deal politik antara Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam pemindahan ibu kota.

Ia berpendapat, pemerintah harus membuktikan bahwa memang tidak ada kongkalikong di balik kebijakan pemindahan ibu kota dari DKI Jakarta.

"Sebisa mungkin pemerintah menutup semua pintu kecurigaan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemindahan ibu kota, termasuk lahan," ujar dia.

Selanjutnya, Jazilul mengatakan dirinya tidak tahu persis seberapa luas lahan milik Prabowo dan sang adik, Hashim Djojohadikusumo, di Kalimantan.

Baca juga: Aktivis Sebut Ada Deal Politik Jokowi dan Prabowo Soal Ibu Kota Baru

Namun, menurut dia, persoalan lahan itu menjadi ranah pemerintah dan tentu akan mengajak DPR untuk membahas hal tersebut.

"Ini semuanya ada di ranah pemerintah. Tentu DPR nanti akan memberikan persetujuan atau tidak setuju pemindahan ibu kota. Pada saatnya akan dimintakan seperti itu kan," lanjut dia.

Sebelumnya, aktivis Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur Pradarma Rupang menuding, ada kesepakatan politik antara Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto terkait pemindahan ibu kota negara.

"Pemindahan ibu kota ini tidak lebih dari kompensasi politik atau bagi-bagi proyek pascapilpres," ujar Rupang saat dihubungi Kompas.com, Selasa (27/8/2019). 

 

Kompas TV Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Edhy Prabowo menegaskan ketua umumnya, Prabowo Subianto siap jika diminta lahannya untuk pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur. Hal itu, kata dia, dilakukan Prabowo untuk kepentingan bangsa dan negara. Edhy mengatakan, memang ada lahan milik adik Prabowo, Hasjim Djojohadikusumo di Penajam Paser Utara. Namun, ia tidak tahu persis dimana lahan tersebut berada.Informasi terkini dari lahan yang dijadikan ibu kota baru kami tanyakan langsung pada Bupati Penajam Paser Utara, Abdul Gafur Mas'ud.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com